Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D

Semua Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Awal tahun 2020, sejumlah wilayah di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang terendam banjir. Begitu pula di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Puluhan orang meregang nyawa dan puluhan ribu lainnya terpaksa mengungsi. 

Banjir Bandang di Brasil, Tim Penyelamat Evakuasi Korban di Atap Rumah dan Apartemen

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan salah satu penyebab banjir yang merendam Ibu Kota Jakarta dan sejumlah wilayah lainnya adalah curah hujan yang tinggi. BMKG mencatat, curah hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm/hari dengan durasi panjang selama Selasa sore 31 Desember 2019 sore hingga Rabu 1 Januari 2020 yang turun cukup merata di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan hujan yang terjadi di akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 tersebut merupakan hujan dengan intensitas paling tinggi sejak tahun 1900. Menurut dia, hal itu merupakan akibat dari cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang terjadi. Ia memprediksi, jika kondisi alam terus mengalami kerusakan maka Indonesia akan kerap mengalami bencana alam. 

Ratusan Hektare Sawah di Bombana Sultra Gagal Panen akibat Banjir, Pemkab Minta Bantuan Pusat

Kamis 9 Januari 2020, VIVAnews.com menyambangi perempuan yang ramah ini di kantornya. Mantan rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini pun bercerita panjang lebar terkait banjir Jakarta dan ancaman bencana jika perlakuan terhadap lingkungan tak berubah.

Demikian petikan wawancaranya.

Kemendagri Dorong Pemda Terdampak Bencana Pangan Segera Tetapkan Status Tanggap Darurat

Bagaimana Anda menanggapi peringatan cuaca ekstrem yang dirilis Kedutaan Besar Amerika Serikat yang sempat viral?

Kedutaan Besar Amerika itu memberikan peringatan dini berdasarkan informasi dari BMKG. Karena dari website kami sudah memberikan peringatan untuk tanggal 5 sampai 12 Januari. 

Tapi kenapa informasi tersebut jadi viral?

Ini menjadi pembelajaran buat kami. 

Kepala BMKG Dwikorita KarnawatiKepala BMKG Dwikorita Karnawati 

Maksudnya?

Begitu informasi cuaca yang mengeluarkan Kedutaan Amerika dan menggunakan bahasa Inggris, masyarakat langsung aware, langsung viral. Tapi Informasi yang dikeluarkan dari website BMKG yang menggunakan bahasa Indonesia tak seramai rilis Kedubes. Padahal website kami informasinya lebih detail. Orang itu lebih cepat menanggapi Informasi dari bahasa Inggris dan yang dikeluarkan oleh Amerika. Sayangnya, informasi yang beredar itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya salah, sehingga terkesan seakan-akan yang disampaikan Kedutaan Amerika serikat itu berbeda dengan apa yang disampaikan BMKG, padahal sumbernya sama. 

Jadi Kedutaan Amerika itu sebenarnya mengambil data dari BMKG?

Iya. 

Bagaimana prediksi BMKG terkait potensi terjadinya cuaca ekstrem?

Cuaca ekstrem itu fluktuatif. Misalnya, sebelumnya awal Desember lalu kami kan memprediksi, bahwa intensitas akan meningkat di Januari, tapi puncaknya ada di Februari sampai Maret. 

Artinya apa?

Saat Januari, Februari, sampai puncaknya itu intensitasnya fluktuatif. Misalnya, kemarin intensitas (hujan) tertinggi itu tanggal 1 Januari, kan terus turun. Lalu kami prediksi tanggal 9-10 itu meningkat lagi, meskipun tidak setinggi 1 Januari kemarin, dan setelah itu pun akan menurun lagi. Ini cerita cuaca di DKI atau Jabodetabek ya, turun lagi pada tanggal 11 Januari, tanggal 12 turun lagi.

Sejauhmana akurasi prediksi BMKG tersebut?

Kalau memprediksi itu semakin jauh prediksinya akurasinya kurang. Makanya sistem kerja BMKG, prediksi beberapa bulan sebelumnya dengan akurasi yang terbatas, itu lebih baik untuk kesiapan atau kewaspadaan. Namun nanti diulang setiap hari, terutama setiap tiga hari analisa perkiraan cuaca itu.

Kenapa begitu?

Karena memang cara kerjanya seperti itu dalam menghadapi alam. Karena ketidakpastiannya juga tinggi. Jadi strateginya itu, lebih baik jauh sebelumnya diprediksi, ini kan analisa masih kasar, lalu kita akurat kan setiap harinya, semakin dekat, semakin dekat, sampai tiga jam sebelum kejadian. Itu yang dilakukan kita pada peristiwa tanggal 1 Januari kemarin. 

Tim SAR mengevakuasi warga korban banjir di sejumlah wilayah di Jakarta Barat, Jumat 3 Januari 2020. Tim SAR sedang mengevakuasi warga korban banjir di Jakarta

Jadi sebenarnya BMKG sudah memberikan peringatan dini sebelum banjir besar kemarin?

Di awal Desember kita gak ngomong, awas nanti tanggal 1 Januari akan seperti ini, seperti ini, itu tidak bisa. Kita cuma mengatakan intensitas hujan akan tinggi sekitar bulan Januari. Jadi pada awal Desember itu tidak bisa kita mengatakan 1 Januari. Tetapi pada tanggal 23 Desember, setelah kami mengulang lagi, itu kami sampaikan menjelang tahun baru hingga awal tahun, intensitas hujan meningkat, hujan lebat potensi ekstrem. Itu sudah kita sampaikan pada tanggal 23 Desember. Kemudian tanggal 27 kita ulang.

Lalu?

Tanggal 28 kami mendeteksi adanya seruak udara dingin yang membentuk di sekitar laut Cina Selatan. Kita hitung kira-kira dua sampai tiga hari sampai ke wilayah Jawa Barat, Jawa Barat termasuk Jabodetabek kan. Sehingga pada tanggal 28 Desember kami keluarkan peringatan dini cuaca ekstrem, dan itu sampai ke level kecamatan di Jakarta.

Lalu kita ulang lagi Informasi itu pada tanggal 29 Desember. Kami ulang lagi tanggal 30 Desember. Sampai terakhir itu jam 5 pagi tanggal 1 Januari. Kami memprediksi hujan lebat yang disertai angin kencang itu  jam 06.15 WIB. Jadi update terakhir itu jam 5 pag.

Jadi prediksinya jauh-jauh hari ya?

Cara kerja kita seperti itu. Kita prediksi sebulan sebelumnya, kemudian berapa minggu sebelumnya kita terus update. Semakin dekat setiap hari kita update. Itu untuk meningkatkan akurasinya, begitu sampai hari H nya kita sudah bisa mengetahui jam berapa akan terjadi cuaca ekstrem itu.

Berarti sebenarnya stakeholder sudah tahu terkait ancaman banjir tersebut?

Semua informasi dari BMKG secara otomatis masuk ke BNPB, dan BPBD-BPBD di daerah. Jadi stakeholder utama kami adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagai representasi dari Pemda-Pemda dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Juga TNI, Polri.

Problemnya BPBD itu kan baru bergerak setelah bencana terjadi?

Iya, itu memang PR kami. Jadi kami itu sampai saat ini terus berupaya bagaimana informasi itu, yang kami yakini itu bisa memperkuat upaya mitigasi yang akan dilakukan oleh kementerian, lembaga, pemerintah daerah atau pihak-pihak terkait. 

Penampakan Banjir Bandang di Brasil (Doc: The Sundaily)

Korban Banjir Bandang Brasil Bertambah Menjadi 83 Orang

Jumlah korban tewas akibat serangkaian bencana banjir di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil selatan, telah meningkat menjadi sedikitnya 83 orang.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024