Kepala TETO untuk Indonesia, Liang-Jen Chang

Taiwan Ingin Lebih Erat dengan Indonesia

Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Liang-Jen Chang.
Sumber :
  • Dokumen Taipei Economic and Trade Office

VIVA.co.id – Di bawah kepemimpinan Presiden Tsai Ing-wen, Taiwan (Republic of China) menerapkan 'Kebijakan Baru ke Arah Selatan' (New Southbound Policy).

Menang Pemilu, Tsai Ing-wen Kembali Terpilih sebagai Presiden Taiwan

Artinya, kebijakan ini berpedoman pada pembangunan di segala bidang dan saling menguntungkan, dengan meliputi kerja sama 18 negara di ASEAN, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru.

Indonesia, sebagai pendiri sekaligus negara terkemuka di ASEAN, tentu memainkan peran penting dari kebijakan baru Taiwan ini.

Siap Bermitra Global, Menlu Taiwan Serukan PBB Terbuka bagi Negaranya

Meski tidak menjalin hubungan diplomatik lantaran berpedoman pada 'Kebijakan Satu China' (One China Policy), namun, pemerintah Indonesia tidak menyurutkan kerja sama diplomatik walau dengan wujud lain.

Hal ini dibuktikan dengan eratnya hubungan selama 45 tahun, atau sejak berdirinya kantor perwakilan kedua negara di Jakarta dan Taipei pada 1971.

Mahasiswa RI Kerja Paksa di Taiwan, JK: Kita Beda Budaya, Jangan Manja

Pada 1989, Chinese Chamber of Commerce, berganti nama menjadi Taipei Economic and Trade Office, Indonesia (TETO / Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia), hingga sekarang.

TETO berfungsi mirip kedutaan besar yang menghubungkan kepentingan kedua negara atau setara kedutaan besar negara sahabat. Di akhir 2015, TETO juga membuka kantor perwakilannya di Surabaya, Jawa Timur.

Kala menerima redaksi VIVA.co.id di kantornya di kawasan SCBD, Sudirman, Jakarta, Representative TETO atau Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Liang-Jen Chang, mengatakan, pihaknya ingin membangun hubungan lebih baik serta memperluas relasi dengan Indonesia.

Diplomat dan politisi berusia 70 tahun ini sebelum ke Indonesia pernah bertugas di Israel sebagai Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan periode Januari 2010-Januari 2014.

Jen Chang resmi menjadi Kepala TETO di Indonesia sejak 22 Januari 2014. Ia juga pernah menjabat Wakil Menteri Pertahanan Taiwan periode 5 September 2008-15 September 2009.

Langkah apa saja yang dilakukan Jen Chang? Simak petikan wawancaranya:

Selama ini hubungan dan kedekatan Indonesia dan Taiwan seperti apa?

Kedua negara sudah membangun hubungan bilateral lebih dari 40 tahun. Telah banyak pula kerja sama yang dilakukan dengan Indonesia seperti bidang perdagangan, investasi, tenaga kerja, pariwisata, agrikultur dan pendidikan.

Namun, di bawah Presiden Tsai Ing-wen, implementasi kebijakan yang dijalan termasuk pemudahan regulasi visa ke Taiwan, mempromosikan makanan halal dan pariwisata untuk kaum Muslim, meningkatkan pertukaran mahasiswa dan beasiswa untuk belajar di Taiwan.

Selain itu, Taiwan mencanangkan lima pembangunan utama yang inovatif yakni bioteknologi dan farmasi, pertahanan nasional, energi berkelanjutan, mesin cerdas serta pemanfaatan internet.

Taiwan juga termasuk negara yang menjadi salah satu tujuan favorit bagi pekerja migran asal Indonesia. Karena dianggap lebih baik dalam hal upah dan jaminan keamanan bagi pekerja.

Ada lebih dari 300 ribu warga Indonesia yang tinggal di Taiwan, termasuk 240 ribu yang berasal dari buruh migran dan nelayan.

Kami juga berharap bagi semua pekerja asing, termasuk Indonesia, yang bekerja di Taiwan sudah memproses izin tinggal dan kerjanya.

Sebab, kami tidak mentoleransi bagi siapa saja yang tinggal di Taiwan secara ilegal.

(Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja Taiwan, tahun ini, dari 590 ribu tenaga kerja asing di Taiwan, Indonesia menduduki peringkat pertama negara pengirim tenaga kerja asing, yakni mencapai sekitar 240 ribu orang.

Rinciannya, dari 240 ribu orang TKI di Taiwan, sebanyak 180 ribu orang sektor domestik, 50 ribu orang bekerja pada sektor manufaktur, dan 7.600 orang sektor perikanan dan kelautan, sedangkan sisanya sektor lain.

Untuk sektor manufaktur serta perikanan dan kelautan, pemerintah Taiwan pada tahun lalu menetapkan upah minimum sekitar 20 ribu dolar Taiwan (Rp8,3 juta) per bulan dan sektor domestik 17 ribu dolar Taiwan (Rp7,04 juta) per bulan.

Sementara, pada sektor profesional, Taiwan menerapkan gaji minimum sekitar 48 ribu dolar Taiwan (Rp19,8 juta) per bulan.

Indonesia sendiri menyumbang sebanyak 750-800 orang, termasuk mereka yang bekerja di agen pengerah tenaga kerja).

Kepala TETO, Liang-Jen Chang.

Bagaimana dengan sektor perdagangan dan investasi?

Indonesia merupakan mitra dagang terbesar ke-12 bagi Taiwan, nilai investasi Taiwan di Indonesia sepanjang tahun ini sudah mencapai US$ 17 miliar (Rp221 triliun), yang bergerak di bidang industri mebel, tekstil, sepatu, logam, dan ban.

Terdapat 1.766 perusahaan yang telah menanamkan investasi ke sektor tersebut, termasuk sektor jasa keuangan.

Ini sangat jelas bahwa Indonesia merupakan target pasar paling menjanjikan bagi Taiwan, karena jumlah penduduknya banyak dan perekonomiannya tumbuh stabil.

Kami berencana investasi di Indonesia di sektor infrastruktur, perikanan, irigasi, dan pertanian. Saat ini, pihaknya masih menjajaki pasar dan membicarakan dengan pemerintah Indonesia.

Total perdagangan Taiwan dengan Indonesia tahun lalu mencapai US$9 miliar (Rp117 triliun), dengan posisi surplus ada di pihak Indonesia.

Ekspor Indonesia ke Taiwan selama tiga tahun berturut-turut (2013-2015) mencapai lebih dari US$20 miliar (Rp260 triliun). Sementara ekspor Taiwan ke Indonesia sekitar US$12 miliar (Rp156 triliun) dalam periode tiga tahun berturut.

Meski merugi, kami tetap konsisten akan meningkatkan jumlah investasi dan kunjungan wisatawan. Ekspor utama Taiwan ke Indonesia adalah produk minyak, produk besi dan baja, bahan baku tekstil, suku cadang mesin, dan bahan kimia.

Ke depan akan ditingkatkan produk lainnya, seperti bahan kimia serta produk berteknologi tinggi. Sedangkan, impor utama dari Indonesia adalah gas alam, batu bara, paduan tembaga dan emas, kayu serta karet.

Tak hanya itu, kedua negara sudah melakukan nota kesepahaman untuk menghilangkan pajak berganda agar investasi Taiwan ke Indonesia terus meningkat.

Sejak 1995, sudah ada penadatanganan Prevention of Fiscal Evasion Agreement atau penghindaran pajak berganda, sehingga memungkinkan terjadinya kenaikan investasi dan perdagangan.

Sejauhmana ketertarikan warga Indonesia untuk bersekolah di Taiwan?

Pemerintah Taiwan saat ini sedang berbagai beasiswa untuk diberikan kepada masyarakat Indonesia untuk menempuh pendidikan. Tahun ini banyak dibuka kesempatan untuk kuliah di Taiwan, dengan sekitar 4.500 warga Indonesia belajar di Taiwan.

Banyak juga dosen dan guru dari Indonesia belajar di Taiwan. Ini tidak mudah untuk menyelesaikan dalam tiga tahun di bawah sponsor pemerintah kami. Bahkan, tahun 2017, kami akan menambah jumlah beasiswa bagi warga Indonesia. Ada tiga jalur yang kami tawarkan untuk mendapatkan beasiswa.

Yaitu, Taiwan Government offers Taiwan Scholarship, Huayu Scholarship, dan ICDF Higher Education Scholarship for Indonesian Students Annually. Tahun lalu, lebih dari 15 univesritas terkemuka mengirim perwakilannya ke Indonesia agar belajar ke Taiwan. Tahun ini, sekitar 700 orang perwakilan kembali datang.

Tapi, ini semua tergantung dari ketertarikan para calon mahasiswa. Kita sendiri (pemerintah Taiwan) tidak punya standard khusus, karena semuanya bergantung pada kebijakan universitas masing-masing.

(Pada 2015, jumlah pelajar Indonesia yang belajar di Taiwan ada 4.394 pelajar, termasuk 2.745 pelajar Sarjana, Master dan Doktor, 227 siswa pertukaran pelajar dan 1.442 siswa yang belajar bahasa Mandarin.

Indonesia berada di urutan ketiga sebagai jumlah mahasiswa asing yang belajar di Taiwan, setelah Malaysia dan Jepang).

TETO 3

Langkah-langkah pemerintah Taiwan dalam memajukan sektor pariwisata? Tujuannya untuk mendatangkan wisatawan, khususnya dari Indonesia.

Tahun lalu ada sekitar 203.785 wisatawan Taiwan datang ke Indonesia, meningkat 1,26 persen dari tahun 2014. Ini adalah sesuatu yang sedang kita upayakan dan menambah sumberdaya manusia.

Selain itu, pemerintah Taiwan baru saja mengeluarkan peraturan yang mempermudah proses visa bagi masyarakat Indonesia.

Kemudahan proses visa diberlakukan bagi WNI selama 30 hari. Pemerintah Taiwan selalu berusaha keras untuk memajukan Taiwan dalam aspek inovasi dan kewirausahaan.

Hal ini diharapkan dapat membantu mempromosikan hubungan kedua negara. Saat ini ada 300 ribu warga Indonesia berada di Taiwan.

(Taiwan Tourism Bureau menargetkan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan sampai akhir 2016 sebesar 200 ribu orang. Tahun lalu, wisatawan Indonesia ke Taiwan sebesar 177.743 orang.

Sepanjang tahun 2015, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Taiwan mencapai angka 10,439 juta, di mana sekitar 177.743 merupakan wisatawan Indonesia yang mengunjungi Taiwan.

Bicara soal menyediakan makanan yang halal di sejumlah restoran dan juga menyediakan ruang shalat dan menyediakan Al-Quran di dalam kamar hotel.

Taiwan Tourism Bureau juga memberikan kemudahan untuk negara-negara Asia Tenggara dan menyederhanakan peraturan visa untuk kelompok turis premium.

Dengan harapan, wisatawan Indonesia dapat berpartisipasi serta dapat melamar visa masuk ke Taiwan tanpa harus menunjukkan bukti pekerjaan dan dokumen pendukung finansial).

Apa pencapaian Anda selama menjadi ‘Duta Besar’ di Indonesia?

Indonesia adalah negara besar dengan eksekutif dan legislatifnya yang besar pula. Sulit bagi kita untuk bisa menjangkau semua area.

Kita berharap dapat menjangkau semuanya meskipun itu sulit. Kami juga mencoba untuk mempertahankan kerja sama yang telah dibangun selama ini, dan yang akan dibangun dengan Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya