Dirjen Perkeretaapian Prasetyo Boeditjahjono

Kami Targetkan Layani 1,9 Juta Penumpang

Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Prasetyo Boeditjahjono
Sumber :
  • Mohammad Yudha Prasetya / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Kementerian Perhubungan terus menggenjot berbagai layanan transportasi.  Salah satu yang menjadi sorotan adalah kereta api. Sebagai moda transportasi yang masih menjadi primadona angkutan darat ini, Direktorat Jenderal Perkeretaapian berupaya memberikan layanan terbaiknya. 

Jokowi Senang Pelabuhan Wani dan Pantoloan Berdiri Kokoh Lagi Usai Diguncang Tsunami Palu 2018

Berdasarkan data pencapaian Kemenhub tahun 2016 sub sektor perkeretaapian, untuk pembangunan jalur kereta api (KA) pada 2016 telah mencapai 114,59 kilometer. 

Peningkatan dan rehabilitasi jalur KA pada 2016 mencapai 28,4 km, sementara pembangunan stasiun/bangunan operasional KA pada 2017 sebanyak sembilan unit. 

Ramp Check Angkutan Lebaran 2024, Dishub Tangerang: Bus Pakai Klakson Telolet Tak Laik Jalan

Pada 2017-2019, untuk pembangunan jalur KA ditargetkan mencapai 3.058,41 km, peningkatan dan rehabilitasi jalur KA mencapai 855,4 km dan pembangunan stasiun sebanyak 23 unit. 

Selain untuk layanan KA jarak jauh, KA jarak deket juga menjadi prioritas. Seperti pada tahun 2016, telah dilakukan perpanjangan pelayanan KRL lintas Tanah Abang-Maja-Rangkasbitung, pembangunan LRT di wilayah Jabodetabek dan Sumatera Selatan. 

Rehabilitasi Pasca Bencana, Jokowi: Gedung RSUD Anutapura Palu Pertama Pakai Sistem Shockbreaker

Selain itu lanjutan pembangunan jalan KA Layang Medan-Bandar Khalipah, lanjutan pembangunan KA Trans Sumatera, lanjutan pembangunan double-double track Manggarai-Cikarang dan lanjutan pembangunan KA Padang menuju bandara internasional Minangkabau. 

Pemerintah memang tidak main-main untuk pelayanan transportasi khususnyaa kereta api, lalu berapa besar anggaran yang dikucurkan dan apa saja yang akan dilakukan, berikut petikan wawancara bersama Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Prasetyo Boeditjahjono, pekan lalu di ruang kerjanya. 

Bagaimana pencapaian untuk 2016 di perkeretaapian bagaimana?

Di tahun 2016 ini sebenarnya agak sedih juga, karena kemarin rencananya memang dapat duit (anggaran) Rp14 triliun, dipotong empat kali terakhir jadi tinggal Rp9 triliun. Tapi meskipun dipotong anggarannya, pencapaian kita itu yang pertama kita sudah mulai cicil pekerjaan double track Medan-Araskabu. Jadi dari kota Medan ke Kualanamu. Itu untuk kereta api ke Bandara Kualanamu.

Kemudian kita juga sudah mulai Trans Sumatera, itu juga kita mulai selesaikan yang Binjai-Besitang. Lalu yang Selatan Rantau Prapat-Kota Pinang-Duri. Itu sudah kita mulai 2016 single track-nya.

Lalu ada lagi Martapura-Baturaja, Prabumulih-Kertapati, itu juga sudah mulai kita kerjakan di 2016. Kalau ini double track karena ini mengangkut batu bara dari Bukit Asam ke pelabuhannya. Harapannya yang di Sumatera Selatan ini selesai di 2018.

Untuk di Jawa kita menyelesaikan empat stasiun di sekitar Jabodetabek, yaitu Palmerah, Kebayoran, Parung Panjang, Maja, untuk mendukung angkutan massal Jabodetabek khususnya untuk Rangkas bitung sampai ke Jakarta.

Kendala di 2016 terkait pengembangan perkeretaapian?

Soal tanah. Seperti misalnya, kita sudah merencanakan Rantau Prapat, Kota Pinang, Duri, Dumai. Itu sudah kita sediakan anggarannya tapi tanahnya terkendala pembebasan, jadi belum bisa dibangun.

Kemudian Makassar-Baru-Parepare. Baru-Parepare ini kemarin juga tidak bisa diselesaikan karena kendala pembebasan tanah. Baru 16 kilometer terealisasi.

Bagaimana capaian untuk tahun 2016 sari sisi pelayanan?

Kita mengutamakan sekarang ini angkutan massal perkotaan khususnya Jabodetabek. Ini sekarang yang dilayani satu hari itu hampir 900 ribu orang, khususnya weekday. Target sampai 2019 sampai 1,3 juta penumpang.

Untuk 2017 berapa anggaran yang dikucurkan untuk Dirjen Perkeretaapian, dan dialokasikan untuk apa?

Untuk 2017 ini sekitar Rp16,1 Triliun. Alokasi banyak, tapi yang pertama tetap untuk keselamatan transportasi kereta api. Kedua untuk aksesibilitas dan konektivitas perkotaan maupun antar kota. Ketiga untuk pelayanan transportasi perkeretaapian, dan yang lain itu untuk aspek pendukungnya seperti regulasi, tata kelola, ya pokoknya aspek-aspek pendukung lah.

Alokasi terbesar untuk apa?

Alokasi yang terbesar pasti untuk aksesibilitas. Jadi membangun jalur kereta api atau juga bisa dengan membuat atau membangun double track-nya.

Sudah sejauh mana pembangunan jalur kereta api sampai saat ini?

Dari Sumatera, sampai 2019 itu kita akan menyelesaikan perkeretaapian Trans Sumatera. Tahun ini ada pembangunanuntuk memulai dari Sumatera Utara nyambung ke Aceh. Dari Kota Besitang ke Langsa di Aceh. 

Itu hampir sekitar 90 kilometer (km). Posisinya itu di sekitaran perbatasan. Padahal sampai sekarang yang eksisting baru sampai di Binjai, dan Binjai-Besitang ini yang sudah kita kerjakan sekaligus, sekitar 70 km. Medan-Binjai itu sekitar 30 km.

Yang sudah mulai dikerjakan tahun sebelumnya itu adalah Binjai-Besitang, tapi belum selesai dan terus kita kerjakan lagi untuk diselesaikan baru kemudian Besitang-Langsa

Berikutnya Sumatera Utara ke Riau. Terakhir kan di eksisting itu Stasiun Rantau Prapat ke Kota Pinang, itu perbatasan antara Sumut dan Riau. Rantau Prapat, Kota Pinang sampai Duri, nah itu yang perbatasan ke Riau. Itu yang Trans Sumatera.

Terus kita juga membuat double track di Trans Sumatera antara Prabumulih-Kertapati di Sumatera Selatan. Kemudian Martapura-Baturaja.

Sementara di Sumatera Barat itu kita buat kereta api bandara Minangkabau, Dari Kota Padang sampai ke Bandara Minangkabau, tapi sudah ada sampai Stasiun Duku. Itu yang kita buat dari Duku berbelok sedikit dua kilometer ke Bandara Minangkabau.

Jadi Stasiun yang terakhir di eksisting itu namanya Stasiun Duku ke arah Minangkabau sekitar 1,7 kilometer. Nah itu yang kita selesaikan dan tahun 2017 harus sudah beroperasi.

Kemudian Trans Sulawesi Makassar-Parepare tapi kita kerjakan antara Baru-Parepare. Makassar-Baru itu 72 km dan Baru-Parepare juga sekitar 72 km. Tinggal di wilayah Baru 16 km. Kita mau menyelesaikan di 2017 ini sekitar 30 km antara Baru sampai ke arah Parepare, karena tanahnya lebih gampang. Itu kita targetkan sampai 2019 lah kira-kira.

Yang lainnya masih kita buat studi-studi, sampai dengan feasibility study yang ada trasenya itu ada Manado-Bitung, Jadi ada Makassar-Parepare-Mamuju-Palu-Gorontalo-Manado

Lalu untuk Jawa, lintas utara ini kan sudah double track, jadi kita tinggal menyelesaikan yang lintas selatan. Itu akan kita buat double track juga, karena yang aman itu jalur kereta api memang yang double track.

Penumpang KRL

Untuk KRL Jabodetabek, apakah akan ada penambahan kereta atau jalur baru?

Pasti. Kita akan menambah kereta dan frekuensi karena ada penambahan target 1,3 juta penumpang itu tadi. Syaratnya stasiun harus besar dan baik, double track harus semuanya, kemudian harus ada pemisahan trayek kereta api jarak jauh dan commuter. Kemudian di Rangkas Bitung-Maja sekitar 17 kilometer itu juga akan diselesaikan KRL-nya.

Apakah ada penambahan subsidi untuk KRL?

Pasti ada. Kita PSO tahun ini itu subsidinya pemerintah untuk kelas ekonomi, supaya tarifnya bisa terjangkau oleh masyarakat luas. Jadi sebenarnya itu untuk kompensasi atau tambahan kepada PT KAI supaya dia enggak rugi, agar mereka tetap untung. Jadi PT KAI diberikan sibsudi oleh negara agar tidak rugi mengoperasikan KRL ekonomi. Itu besarnya Rp2,1 triliun per tahun untuk PSO di 2017, sebanyak 65 persennya untuk commuter Jabodetabek.

Bagaimana solusi untuk keterlambatan KRL?

Jabodetabek ini kan per hari hampir 900 ribu penumpang. Sekarang kan lagi dibangun Manggarai jadi dua lantai dan ada kereta ap layang antara Jatinegara-Manggarai, ini dalam rangka untuk menaikkan kapasitas 1,3 juta penumpang tadi.

Kendala pembangunan kereta api commuter Jabodetabek itu adalah karena sambil dioperasikan. Ini beroperasi dari jam lima pagi sampai jam 12 malam. Bayangkan jika ada konstruksi yang berat maka akan susah mengaturnya. Itulah yang dikeluhkan untuk keterlambatan.

Kemudian, tanpa bermaksud menyalahkan, kejadian di Jembatan Cisomang itu membuat kita melakukan penambahan frekuensi ke Bandung, ditambah sekitar lima kereta per hari itu penuh  terus. Ini otomatis juga menambah kapasitas KRL karena harus lewat Jatinegara dan Manggarai. Semakin banyak frekuensi akan saling menggangu, apalagi kapasitas terbatas.

Pembangunan Proyek LRT Cibubur-Cawang

Terkait MRT/LRT, program di 2017 ini targetnya selesai kapan dan apa saja kendalanya ?

Target MRT harus beroperasi di 2019. Sekitar 17 kilometer Lebak Bulus sampai Bundaran HI. Kendala itu masalah pembebasan tanah. Karena memang ada beberapa tikungan yang harus ada pembebasan tanah. Kemudian elevated juga susah sosialisasi kepada masyarakat.

Soal kereta cepat Jakarta-Bandung dan semi cepat Jakarta-Surabaya, target 2017 akan seperti apa?

Jakarta-Bandung ini, kereta api cepat ini investasinya dari pihak PT KCIC, Kereta Cepat Indonesia-Cina. Kita hanya soal perizinan saja.

Untuk kereta Jakarta-Surabaya, apa benar akan dilelang terbuka?

Untuk kereta Jakarta-Surabaya ini sebenarnya sudah masuk rencana induk perkeretaaapian kita sejak 2011 sampai dengan 2030. Di dalam perjalannnya ini ada yang ingin duluan, tidak dibangun pemerintah. Makanya keluarlah tujuan Jakarta-Bandung kemarin. Terus ini ada lagi Jakarta-Surabaya yang akan dibuat langsung tidak lewat mana-mana dulu, tapi lewat di lintas utara. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya