19 Mahasiswa Malang Korban "Cuci Otak"

Hipnotis
Sumber :
  • hubpages.com

SURABAYA POST – Geger kasus pencucian otak yang disinyalir dilakukan oleh Negara Islam Indonesia (NII) telah masuk ke Malang, Jawa Timur. Sejumlah mahasiswa dari 2 kampus berbeda di Kota Malang diduga menjadi korban pencucian otak. Sembilan mahasiswa dari Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) dan 2 mahasiswa dari Universitas Brawijaya (Unibraw).

Gibran Akan Temui Wapres Ma'ruf Amin Sore Ini

Para mahasiswa ini dibawa ke Jakarta untuk dibaiat dan disumpah menjadi anggota NII. Hingga saat ini, 2 diantaranya dari UMM belum diketahui keberadaannya.

Bahkan, Mahathir Rizki, mahasiswa UMM yang dikabarkan tidak diketahui keberadaannya, telah menghubungi pihak keluarga di Bima, Nusa Tenggara Barat. Mahathir mengaku kepada pihak keluarga kalau dirinya betah dan nyaman dengan kelompok NII.  Ismed Jayadi, paman dari Mahathir menyatakan, keponakannya memang sudah menghubungi pihak keluarga di Bima, Nusa Tenggara Barat pada Selasa 19 April 2011, sekitar pukul 19.00 malam.

Dokter Boyke Ungkap Fetish Seks dengan Mayat hingga Penyebabnya

“Dalam pengakuan Mahathir saat menghubungi keluarga, dia mengaku malu saat mengetahui gambarnya atau foto dirinya dimuat di media cetak dan televisi. Dia sendiri mengaku sekarang berada di Semarang, Jawa Tengah,” kata Ismed, Rabu (20/4) pagi tadi.

Dalam pengakuannya kepada keluarga, meski mengaku malu Mahathir enggan untuk kembali pulang ke rumah. Karena, putra dari pasangan Rostina dan Abdul Muntholib ini sudah berkomitmen untuk menyebarkan dan mendirikan NII di Indonesia.

Waspada Penipuan Kerja Paruh Waktu yang Marak di Shopee

Sebelumnya, Kepala Hubungan Masyarakat UMM, Nasrullah mengatakan, kejadian yang menimpa mahasiswanya yang menjadi korban pencucian otak dengan dalih Negara Islam kali ini adalah yang kedua kalinya. “Pada 2008 silam pernah ada 4 orang mahasiswa yang juga pernah menjadi korban pencucian otak ini,” kata Nasrullah, Selasa (19/4).

Sementara pada tahun ini, 13 mahasiswa itu antara lain Maya Mazesta, Agung Arief Perdana Putra, Mahathir Rizki, Fitri Zakiyah, M Hanif Ramdhani, Wahyu Darmawan, Reviana Efendi, Reza Yuniansyah Nur Ilmi, dan M Recky Kurniawan.

Sembilan mahasiswa ini menurut Nasrullah, sudah ada yang pernah diajak ke Jakarta untuk dibaiat menjadi anggota dan ada yang tidak ikut berangkat ke Jakarta. Dari 9 mahasiswa, 2 diantaranya yakni, Agung Arief Perdana Putra, Mahathir Rizki hingga kini tidak diketahui keberadaannya.

Sementara 7 mahasiwa lainnya, dilakukan proses rehabilitasi agar pikirannya kembali seperti semula. “Selama direkrut, 9 mahasiswa itu didoktrin tentang pemahaman yang negative. Misalnya, diajak diskusi dan dinyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia itu kafir. Kalau selamat, harus ikut Negara Islam,” urai Nasrullah.

Kasus ini terbongkar pada Maret lalu, setelah pihak keluarga Mahatir Rizky keberadaan Mahatir yang tak ada kabar. “Kami sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk membongkar kasus ini. Apalagi kasus seperti ini juga menimpa banyak mahasiswa di berbagai kampus di tanah air,” tutur Nasrullah.

Sementara korban dari Unibraw adalah Desy dan Ezra. Keduanya adalah mahasiswa angkatan 2010 Unibraw. Sayangnya, Rektor Unibraw, Prof Yogi Sugito tidak bisa dikonfirmasi. Ismed, paman dari Mahatir seorang mahasiswa UMM yang belum diketahui keberadaannya mengatakan, keponakannya pernah meminta uang sebesar Rp 20 juta kepada orang tuanya.

“Saat meminta uang itu, Mahatir mengaku kepada orang tuanya kalau telah kehilangan laptopnya. Uang itu sendiri diperkirakan untuk membeli laptop yang baru, makanya diberi saja saat meminta," kata Ismed.

Dikatakannya, pihak keluarga kehilangan kontak dengan Mahathir sejak pertengahan Maret kemarin. Mahathir yang kos di Jl Tlogomas, Gang III Kota Malang terakhir terlihat pada 24 Maret 2011. Salah satu korban yang tidak ikut berangkat ke Jakarta, M Hanif mengatakan, dia pertama kali diajak oleh Maya Mazesta. “Saya dan teman-teman yang lain itu diajak oleh Maya, sementara Maya diajak oleh dua orang asing,” kata Hanif.

Adapun pelakunya penyucian otak itu adalah Veriansyah alias Dhani alias Fery alias Dadi, yang mengaku mahasiswa Stikom Yogyakarta, dan M Muhayyin dari Lampung, dan Najib yang mengaku mahasiswa dari Bandung.

Semua orang yang diajak ke Jakarta, lanjut Hanif, dimintai sejumlah uang yang digunakan untuk biaya perjalanan dan untuk proses baiat atau sumpah di Jakarta. Hanif sendiri mengurungkan niatnya pergi ke Jakarta saat dimintai uang sebesar Rp 2,5 juta.

“Uang yang diminta itu katanya digunakan untuk biaya perjalanan dan baiat. Kalau tidak punya uang sendiri, disuruh minta ke orang tua atau menjual harta kita. Ini sebagai pengorbanan untuk Negara Islam Indonesia,” tandas Hanief.

Kapolres Malang Kota, AKBP Agus Salim membenarkan adanya laporan hilangnya sejumlah mahasiswa. “Saat ini masih kita lakukan penyelidikan,” kata Kapolres singkat.

Menurut peneliti NII Imadadun Rahmat, "Setelah dihancurkan pada 1962, NII bisa dikatakan lumpuh untuk yang di Pulau Jawa. Tapi di Aceh dan Sulsel masih jalan, masih bergerilya di hutan dan melakukan perlawanan,"katanya.

Bersikaplah Kritis

Menurut Psikolog dari Laboratorium Psikologis klinis Universitas Surabaya, Dra Hartanti Msi maraknya kasus ini memang sangat mengkhawatirkan. “ Sebenarnya tidak semua orang mudah di cuci otaknya melalui teknik hipnotis ini. Biasanya hanya orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang kurang, tingkat pendidikannya rendah serta yang merasa terkucilkan dari pergaulan,” jelasnya saat dihubungi Rabu (20/4).

Karena, kata Hartanti lemahnya psikologis seseorang ini yang menyebabkan ia mudah percaya pada orang lain dan pihak luar sehingga menjadi celah bagi orang-orang NII untuk melakukan hipnotis. “Apalagi biasanya proses cuci otak ini dimulai dari hal yang paling disukai dan dibutuhkan oleh si korban. Misalnya si korban sangat suka diperhatikan, namun orang tua dan teman-temannya malah tidak memperdulikannya,” terangnya.

Untuk itu, ia menyarankan supaya tidak mudah di cuci otaknya jangan mudah untuk percaya pada orang lain. “ Kalau perlu kita sedikit berpikiran negatif terhadap informasi yang diberikan oleh orang lain. Karena kalau kita tak aktif, maka otak akan lebih mudah dimasukin informasi yang keliru,” jelasnya.

Lanjutnya, seseorang juga harus menyadari kelebihannya dan jangan hanya mengingat kekurangan dan melihat segala sesuatu hanya dari sisi emosionalnya saja. “Setiap orang itu pasti punya kelebihan seburuk apapun dia. dan itu yang harus disadari setiap orang,” katanya.

Apabila sudah merasa terjebak oleh si pelaku pencucian otak , usahakan anda jangan menerima atau mendengar sugesti dari si pelaku dan jangan mengosongkan pikiran anda sebab itu akan mempermudah si pelaku untuk mencuci otak anda.

“Sugestikan pada pikiran anda dan berusahalah untuk mengingat sebuah kenangan yang amat sangat tak terlupakan oleh anda sendiri contohnya saat moment pernikahan anda sendiri atau saat masa menyatakan cinta terhadap seseorang atau juga saat membahagiakan saat saat kehadiran anak pertama anda , tujuannya untuk menghindari pengosongan pikiran anda,” paparnya.

Sementara itu sebagai orangtua, hendaknya jeli dan peka pada perilaku anak. “ Jangan lupa untuk selalu mengamati perilaku anak sesibuk apapun anda. Karena saat berada dalam hipnotis, seseorang itu akan terlihat linglung, sering melakukan kebiasaaan yang aneh, serta bicaranya suka tidak nyambung,” katanya.

Zainal Arifin & Nirmala

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya