Bukan Cuma untuk Korset, Desa Kembang Sulap Stagen Jadi Tas Kece

Kerajinan kain Stagen dari Desa Kembang, Yogyakarta.
Sumber :

VIVA – Banyak orang mungkin hanya mengetahui bahwa kain Stagen biasa digunakan sebagai korset. Tidak salah memang, karena dalam kebudayaan barat kegunaan Stagen bisa dikatakan mirip dengan korset. Apalagi untuk ibu-ibu setelah melahirkan. 

Gagas Jabatan Kades 9 Tahun, Gus Halim Bersyukur Dapat Dukungan Luas

Namun, benarkah kain stagen hanya berfungsi sebagai korset saja?

Jawabannya mungkin tidak. Hal ini dibuktikan oleh masyarakat Desa Kembang Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo Provinsi DI Yogyakarta. Masyarakat di Desa Kembang, seperti masyarakat kebanyakan, juga menggunakan Stagen sebagai pelengkap pakaian tradisional Jawa, bedanya di desa tersebut kain stagen menjadi sumber mata pencaharian yang banyak dikerjakan oleh kaum tua di sana. 

Resolusi 2023, Gus Halim: Harus Lebih Fokus, Detail dan Terintegrasi Antar Unit Kerja

Namun demikian, harga kain Stagen tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Kembang. Karena dibeli tengkulak dengan harga murah, akibatnya banyak pekerja kain Stagen yang gulung tikar karena tidak sesuai dengan lamanya waktu pembuatan.

Hal ini membuat Ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Kembang berinisiatif untuk mengubah bentuk penjualan kain Stagen menjadi sebuah produk yang lebih inovatif sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Kemendes PDTT Songsong 2023 dengan Penuh Optimisme dan Lebih Produktif

Inisiatif ini berkembang menjadi sebuah kegiatan yang bertujuan menciptakan lapangan kerja dari hasil kerajinan kain Stagen. “Akhirnya dari gagasan ibu-ibu PKK tadi, akhirnya kita sepakat untuk mendirikan Rumah Srikandi Kembang (RSK),” jelas Winarno Kepala Desa Kembang saat dihubungi Viva melalui aplikasi pesan singkat. 

Winarno juga menjelaskan bahwa pembuatan kerajinan dari Stagen ini awalnya berfokus pada pembuatan tas dan dompet. “Misalnya ingin buat dompet, kita buat dulu pola desainnya seperti apa, lalu kemudian dilanjut ke proses menjahit setelah dapat polanya, baru proses finishing,” jelas Winarno.

Meskipun pengerjaan stagen menjadi kerajinan tas dan dompet masih menggunakan alat-alat tradisional, Winarno mengaku pesanan tas dan dompet dari bahan stagen ini cukup banyak diminati.

Sumber foto: Winarno, Kepala Desa Kembang

“Bahkan sekarang kita juga mencoba untuk membuat tempat laptop, karena permintaan kerajinan dari kain Stagen ini sudah lumayan banyak,” kata Winarno.

Winarno mengaku harga jual tas, dompet ataupun tempat laptop berbahan Stagen ini cukup memiliki nilai jual yang tinggi. “Harga jualnya, lumayan ya, untuk tas, dompet dan tempat laptop itu harganya antara Rp 35.000 sampai Rp 50.000.

Meskipun demikian, Winarno juga berharap agar masyarakat di desanya bisa terus berinovasi dan meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan produk-produk unggulan dari kain Stagen lainnya. 

“Ditengah kuatnya arus produk ekonomi modern yang masuk ke desa, maka para pengrajin tenun perlu tetap waspada dan progresif dalam meningkatkan inovasi baik dari segi produk maupun strategi pemasarannya.”

Selain itu, Winarno juga mengharapkan adanya dukungan secara konsisten dari pemerintah desa dan instansi terkait dalam memajukan inovasi produk-produk unggulan dari Desa Kembang. “Alhamdulillah kami juga dapat bantuan dana desa. Kita harapkan ke depannya pemerintah desa dan instansi terkait dapat terus mendukung masyarakat di sini (Desa Kembang) untuk terus berinovasi,” tutup Winarno. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya