Desa Muruy Berhasil Tunjukkan Inovasi Desa Lewat Embung dan Wisata

Wisata Embung di Desa Muruy
Sumber :

VIVA – Siapa yang sangka, pembangunan embung yang dilakukan di Desa Muruy Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten justru berhasil menarik perhatian banyak orang bahkan Presiden Joko Widodo karena dinilai mampu melakukan inovasi desa. 

Gagas Jabatan Kades 9 Tahun, Gus Halim Bersyukur Dapat Dukungan Luas

Desa Muruy berinovasi dengan membangun Embung Ranca Anis didesain dengan konsep kombinasi antara sarana pengairan dan tempat wisata sekaligus. Pembangunan embung dimaksudkan sebagai solusi kekeringan sawah dan ladang di musim kemarau. 

Bukan hanya itu masalahnya, pada musim penghujan ladang dan sawah banyak yang terendam air. Masalah inilah yang membuat pemerintah desa dan warga Muruy untuk bersama-sama mencari solusinya. 

Resolusi 2023, Gus Halim: Harus Lebih Fokus, Detail dan Terintegrasi Antar Unit Kerja

“Daerah rawa yang tidak produktif untuk pertanian pun dipilih menjadi lokasi rawa-rawa sebagai lahan pembangunan embung,” kata Ahmad Affandi Kepala Desa Muruy saat dihubungi tim Viva melalui aplikasi pesan singkat. 

Affandi juga menjelaskan bahwa pemilihan lokasi embung di daerah rawa selain lebih ekonomis saat pembebasan lahan juga tepat, sebab merupakan daerah genangan air memudahkan ketersediaan pasokan air embung.

Kemendes PDTT Songsong 2023 dengan Penuh Optimisme dan Lebih Produktif

“Pemilihan lokasi embung ini jatuh pada area rawa-rawa karena rawa dapat menjadi lahan produktif yang basah, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang masyarakat,” kata Affandi. 

Affandi juga menjelaskan bahwa pembangunan embung di Desa Muruy merupakan salah satu dari 10 program yang diprioritaskan di desanya. “Akan tetapi yang baru dilaksanakan pembangunan embung desa dengan lebar 30x30 meter dan kedalaman 2,5 meter,” katanya.

Rencana pembangunan embung Desa lanjut Affandi masuk dalam RPJMDes, menjadi prioritas usulan di RKPDes dan ditetapkan dalam APBDes. “Kemudian proses selanjutnya yaitu menentukan lokasi embung dan melakukan pembebasan lahan. Kemudian kita juga melibatkan Tenaga Ahli untuk membuat desain gambar bangunan embung yang direncanakan,” ujarnya.

Untuk sumber pembiayaan pembangunan embung sendiri, Affandi mengatakan bahwa dananya berasal dari Dana Desa tahun anggaran 2017 dan dilanjutkan dengan anggaran tahun 2018. “Pada tahun 2017, pembangunan embung dimulai dengan anggaran Dana Desa sebesar Rp 203.544.500. Anggaran ini juga sudah termasuk rencana pembangunan tempat bermain anak dan sarana penunjang objek wisata embung,” papar Affandi. 

Kemudian pada 2018, konsep wisata air dilanjutkan dengan membangun kolam renang anak yang dibangun masih berada di sekitar pembangunan embung. “Jadi sekarang rawa-rawa tersebut telah berubah menjadi embung yang mengairi sawah dan ladang masyarakat seluas 60 Ha,” ujar Affandi.

Kini, di lokasi pembangunan embung sejumlah fasilitas wisata bisa dinikmati oleh pengunjung. Di antara fasilitas tersebut adalah spot foto unik untuk pengunjung berswafoto (selfie), tempat istirahat (gazebo), taman pintar, bebek-bebekan, memancing ikan dan lain sebagainya. Sisi wisata embung ini pun memberikan pemasukan bagi Pendapatan Asli Desa (PADes). 

“Tersedianya tempat wisata bagi masyarakat untuk bersantai bersama keluarga dan melakukan pertemuan-pertemuan. Juga adanya pemasukan bagi PADes dari tiket masuk embung dengan rata-rata per- hari Rp 200.000,-,” kata Affandi.

Menurut Afandi, proses pembangunan desa memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Karena program pembangunan desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat dan tidak berbenturan dengan kebijakan pemerintah daerah, provinsi maupun pusat.

“Ya, prinsipnya saya on the track saja membangun desa. Yang terpenting, setiap gerakan pembangunan harus melibatkan penuh masyarakat. Karena sebagus apapun program tanpa dukungan masyarakat tidak akan memberikan manfaat maksimal,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya