Bantu Nelayan Miskin, Pemdes di Kampung Binalu Buat Perahu Penolong

Perahu Penolong Kampung Binalu.
Sumber :

VIVA – Bagi nelayan, perahu adalah “senjata” utama untuk meraup hasil laut yang menjadi sumber penghasilan mereka. Tidak ada perahu sama saja tidak ada pemasukan bagi nelayan. Begitu juga yang terjadi di Kampung Binalu, tepatnya di Kecamatan Siau Timur Selatan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang, Biaro, Provinsi Sulawesi Utara. 

Mendagri Tito: Perangkat dan Kepala Desa Tidak Dapat THR

Meskipun sebagian besar masyarakat di Kampung Binalu bekerja sebagai nelayan, namun tidak banyak dari mereka yang memiliki perahu sendiri. Di Kampung Binalu, jika nelayan ingin melaut maka mereka harus menyewa perahu. 

Tentu, sewa perahu ini cukup membebani nelayan. Pasalnya, mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena harus berbagi hasil dengan pemilik perahu. 

UU Desa Disahkan, Para Kades Rayakan dengan Joget Dangdut di Depan Gedung DPR RI

Menyadari kondisi ini, pemerintah desa setempat pun mengusulkan untuk membuat program pengadaan perahu yang disebut ‘perahu penolong’. ‘Perahu penolong’ ini bertujuan untuk membantu nelayan dalam pengadaan perahu. 

“Sebenarnya kami melihat adanya potensi dan sumber daya manusianya. Karena kampung Binalu sendiri terletak di pesisir pantai dan masyarakatnya sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil laut. Oleh karena itulah kami memikirkan untuk memberikan bantuan kepada masyarakatnya berupa perahu,” jelas Kepala Desa Binalu, Mochtar Panauhe kepada tim Viva melalui aplikasi pesan WhatsApp. 

Cak Imin Mau Naikin Dana Desa Rp5 Miliar: Masyarakat Tak Lagi Tertarik jadi Urbanisasi

Agar lebih memudahkan para nelayan, lanjut Mochtar maka yang dipikirkan adalah jenis perahu yang dipilih tidak membebani nelayan dari sisi pemeliharaan. “Perahu haruslah ringan dan kuat karena tidak akan menggunakan mesin karena biaya,” katanya.

Mochtar juga menjelaskan bagaimana proses awal gagasan ‘perahu penolong’ ini muncul di Kampung Binalu. “Pencetusnya gagasan dari tiap RT ke Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan desa) lalu kemudian kemudian disepakati untuk masuk dalam RKPDes dan didanai oleh Dana Desa tahun 2018,” paparnya. 

Dari Dana Desa ini, kemudian ditetapkan apa saja kriteria nelayan yang menerima manfaat. Mochtar selektif meski dia tahu banyak nelayan yang membutuhkannya. Tahap pertama ada 5 perahu penolong yang berikan. 

"Kriterianya sering melaut tapi tidak ada sarana karena keterbatasan ekonomi. Itu yang diberikan perahu. Anggaran Rp 25 juta per perahu," tandas dia. 

Hasil ini kemudian dibawa ke dalam musyawarah Kampung yang kemudian ditetapkan untuk diberikan bantuan dan didanai dengan Dana Desa di tahun anggaran 2018 sebesar Rp137.000.000,- dengan pagu per unitnya adalah sebesar Rp27.400.000 bagi hasil melaut dengan BUMDesa.

“Jadi, aturannya adalah dimana per nelayan setiap kali melaut dan mendapatkan hasil laut, maka mereka wajib memberikan satu ikat ikan jika di rupiahkan 1 ikat sama dengan Rp.20.000,- dikalikan 5 Nelayan maka berjumlah Rp1.000.000,-,” jelasnya.

Selanjutnya, untuk TA. 2019 Desa telah memprioritaskan 10 Nelayan Miskin hasil Verifikasi dan akan mendapatkan masing-masing 1 unit perahu lengkap untuk nelayan miskin. Dan beruntung, dana desa yang dianggarkan tahun ini telah naik. Meski demikian, tantangan selanjutnya adalah pengelolaan dana desa yang transparan. 

"Karena uang ini besar tapi syukur tahun ini kampung Binalu ini masih bagus menurut inspektorat. Karena sesuai dengan visi saya jadi setiap musyawarah desa saya undang semua agar transparan. Penganggaran ditampilkan pakai LCD. Semua tahu perangkat kampung berapa nominal tercantum," tegas Mochtar yang sudah menjabat Kepala Desa Kampung Binalu sebanyak 2 periode.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya