Drama Menegangkan Pilot AS Tenggelamkan Kapal Induk Jepang

VIVA Militer: Armada Laut Jepang di Pertempuran Midway
Sumber :
  • Defencyclopedia

VIVA – Sebagian orang mungkin hanya mengetahui kisah dahsyatnya serangan armada laut Jepang ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS), Pearl Harbour, di Honolulu, Hawai, 7 Desember 1941. Siapa sangka, AS merespons aksi Jepang enam bulan kemudian. Serangan balasan AS yang tak kalah dahsyat dikenal dengan Pertempuran Midway.

81 Tahun Lalu Ternyata Thailand Pernah Nyatakan Perang dengan AS dan Inggris

Serangan armada laut Jepang yang menurunkan kekuatan penuh, membuat salah satu pangakalan mliter AS di Laut Pasifik luluh lantak. Menurut data dalam situs resmi Angkatan Laut AS, Naval History and Heritage Command, empat kapal perang hancur sementara empat lainnya karam.

Tak hanya itu, sejumlah unit perang laut AS juga hancur. Tiga kapal perusak, tiga kapal penjelajah, dan 188 pesawat tempur juga ikut hancur dalam peristiwa itu. Bahkan, korban jiwa akibat serangan jepang juga mencapai 2.335 orang. Sementara korban luka mencapai 1.143 orang.

Teknologi Uang Kripto Sudah Dipakai Sejak Perang Dunia II

VIVA Militer: Pangkalan Militer AS, Pearl Harbour diserang Jepang

Serangan Jepang yang dilancarkan secara tiba-tiba itu jelas membuat militer AS tak siap. Maka itu, kerusakan yang ditimbulkan sangat masif.

Pemimpin ISIS Bunuh Diri dalam Serangan 2 Jam Pasukan AS

Tak tinggal diam. AS pun menyusun rencana serangan balasan, meskipun pihak AS di bawah komando Laksamana Chester William Nimitz, tahu betul menaklukkan armada laut Jepang takkan mudah. Pasalnya, teknologi armada laut Negeri Matahari Terbit lebih canggih dari AS.

Di sisi lain, armada laut Jepang di bawah komando Laksamana Yamamoto Isoroku tetap tak puas. Setelah menghancurkan Pearl Harbour, Yamamoto dengan armadanya ingin menghancurkan pangkalan militer AS yang sebenarnya lebih kecil namun vital.

VIVA Militer: Kapal Induk AS, USS Enterprise

Ya, pangkalan itu berada di sebuah atol kecil bernama Midway. Di sana, ada stasiun pengisian bahan bakar pesawat tempur yang berjarak sekitar 2.100 kilometer barat laut Pearl Harbour.

Yamamoto punya ambisi untuk menghancurkan seluruh kapal induk, yang dianggapnya sebagai ancaman terbesar dalam usaha merebut Laut Pasifik. Oleh sebab itu, Midway pun dijadikan target selanjutnya. Sebab jika Midway bisa direbut, maka sejumlah unit perang AS dipastikan bakal lumpuh tanpa bahan bakar.

Ternyata, maksud Jepang ini sudah diketahui oleh AS. Intelejen AS di bawah komando Joseph Rocherfort yang saat itu berpangkat Commander (perwira menengah), berhasil meretas sejumlah pesan sandi Jepang yang punya rencana serangan ke Midway.

VIVA Militer: Pesawat tempur AS di Kapal Induk USS Enterprise

Rocherfort kemudian memerintahkan Kapten Wilfred Holmes untuk merancang strategi jebakan buat Jepang. Di sisi lain, Jepang pun membagi kekuatan armada lautnya menjadi empat sisi untuk mengepung Midway. Selain Yamamoto, tiga laksamana lainnya yakni Kondo Nobutake, Nagumo Chuichi dan Yamaguchi Tamon, memimpin langsung serangan ke Midway.

Sial, kemunculan sejumlah unit perang laut Jepang sudah dibaca dan disambut oleh pihak AS. Peristiwa tak kalah dahsyat dengan serangan Pearl Harbour menggema di dunia dengan sebutan Pertempuran Midway (Battle of Midway). Jepang pun menderita kekalahan telak di pertempuran ini.

Dalam buku yang ditulis Jonathan Parshall dan Anthony Trully berjudul Shattered Sword: The Untold Story of the Battle of Midway, armada laut Jepang kehilangan empat kapal induknya, Akagi, Kaga, Hiryu, dan Soryu. Keempat kapal induk Jepang tersebut luluh lantak terkena serangan bom pesawat tempur AS.

VIVA Militer: Pesawat Tempur AS, Douglas SBD Dauntless di Perang Pasifik

Ada sosok pilot handal di balik kehancuran dua dari empat kapal induk Jepang, Akagi dan Hiryu. Ya, dia adalah Lieutenant Commander Richard Halsey "Dick" Best. Dengan menggunakan pesawat tempur Douglas SBD Dauntless, pria kelahiran New Jersey 24 Maret 1910 bersama armadanya berhasil menenggelamkan Akagi dan Hiryu. Gilanya, Best hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk menghancurkan dua simbol kekuatan armada laut Jepang itu.

Tepatnya pada 4 Maret 1942, Best dan skuadronnya terbang sekitar pukul 07.06 dari kapal induk USS Enterprise. Sekitar tiga jam setelah itu, Best bersama 31 pesawat tempur AS lainnya mencapai titik pertempuran. 

Mengutip catatan Robert Cressman dalam bukunya A Glorious Page in our History: The Battle of Midway 4-6 June 1942, bom yang dijatuhkan Best adalah yang ketiga ke buritan Akagi, setelah bom pertama dan kedua dijatuhkan dari pesawar Letnan Edwin John Kroeger dan Ensign Fredrick Thomas Weber. Sekitar pukul 09.55, Akagi yang sudah bolong beberapa bagian tubuhnya akhirnya karam.

VIVA Militer: 3 Kapal Induk Jepang, Kaga, Akagi, Soryu (kiri-kanan)

Kemudian pada 10.26, Best melanjutkan serangannya ke Hiryu yang menjadi satu-satunya kapal induk Jepang yang tersisa dalam pertempuran itu. Tiga pesawat Dauntless yang ikut bersama Best melancarkan empat serangan, dan lagi-lagi bom terakhir yang dijatuhkan Best menghancurkan kapal raksasa lainnya.

"Saya melihat kilatan bom lewat asap yang menghantam (Hiryu). Best adalah pilot pertama Amerika yang berhasil mengebol dua kapal induk Jepang dalam satu hari," ujar penembak yang berada dalam satu pesawat dengan Best, James Francis Murray, dikutip dari buku Stephen Moore, Pacific Payback: The Carrier Aviators Who Avenged Pearl Harbor at the Battle of Midway.

Keberanian dan keberhasilan Best pada akhirnya diganjar dua medali kehormatan Angkatan Laut AS (US Navy). Best dianugerahi Navy Cross dan the Distinguished Flying Cross berkat pencapaiannya di Pertempuran Midway.

VIVA Militer: Richard Halsey Best (ketiga dari kiri bawah)

Sayang, pasca pertempuran itu Best divonis menderita penyakit Tubercolosus (TBC) dan mendapat larangan terbang lagi dari Angkatan Laut AS. Setelah itu, Best meninggalkan Pearl Harbour untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat AS Fitzsimons General (Fitzsimons General Hospital) di Colorado. Setelah melewati masa perawatan, Best akhirnya memutuskan pensiun pada 1944.

Setelah pensiun, Best dan keluarganya pindah ke Santa Monica, California. Beralih status menjadi sipil, Best ternyata tak bisa jauh dari dunia penerbangan. Setelah masa perawatan usai dan kesehatannya kembali pulih, Best bekerja di sebuah divisi perusahaan pembangun pesawat tempur, Douglas Aircraft Corporation.

Best menghembuskan nafas terakhirnya di Santa Monica pada 28 Oktober 2001 di usia 91 tahun. Setelah mangkat, Angkatan Laut AS kembali memberikan tanda jasa kehormatan kepada Best. Pada 2019, sutradara ternama asal Jerman, Roland Emmerich, mendokumentasikan sosok heroik Best dan dahsyatnya Pertempuran Midway dalam sebuah film biopik berjudul Midway. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya