Abaikan Trump, Menhan AS Tarik Tentara dari Washington ke Barak

VIVA Militer: Tentara Amerika kuasai Hollywood.
Sumber :
  • MK Ultra

VIVA – Perpecahan di level elit Amerika Serikat (AS) mulai terjadi pasca terjadinya gelombang aksi besar-besaran yang memprotes pembunuhan seorang warga kulit hitam, George Floyd oleh oknum kepolisian Minneapolis beberapa hari lalu. 

5 Negara Bagian dengan Cadangan Minyak Terbesar di AS

Kali ini perpecahan sikap ditunjukan oleh Menteri Pertahanan AS, Merk T. Esper dalam menyikapi gelombang aksi unjuk rasa ribuan warga AS yang terjadi hampir di seluruh kota Amerika Serikat. Esper menolak keras instruksi Presiden Donald Trump yang meminta Pentagon mengerahkan ribuan tentara bersenjata dalam menghadapi aksi unjuk rasa yang sudah mendekati Gedung Putih itu. 

Bahkan, Ester berencana akan mengembalikan ribuan tentara bersenjata AS yang sudah berada di Washington D.C kembali ke barak-barak mereka.

AS Minta Iran Biarkan Israel Lakukan Serangan Balik, Hanya Sebagai 'Simbolis' Agar Israel Tak Malu

"Saya tidak mendukung penerapan Undang-undang Pemberontakan. Pilihan untuk menggunakan pasukan tugas aktif dalam peran penegakan hukum hanya boleh digunakan sebagai pilihan terakhir. Dan hanya dalam situasi yang paling mendesak dan mengerikan. Kita tidak dalam situasi seperti itu sekarang," kata Esper dikutip Viva Militer dari Military.com, Kamis, 4 Juni 2020.

Rencana penarikan pasukan militer oleh Menhan AS itu juga dibenarkan oleh Sekertaris Angkatan Darat AS, Ryan McCarthy. Menurut McCarthy, keputusan mengembalikan ribuan tentara bersenjata AS dari Washington D.C ke barak itu terjadi setelah Menteri Pertahanan AS, Mark Ester menghadiri pertemuan terbatas dengan sejumlah petinggi Pentagon lainnya di Gedung Putih hari Rabu kemarin. 

Akhiri Perang Dingin, Menhan AS dan China Lakukan Video Call Setelah Setahun

Namun, McCarthy tidak dapat memastikan apakah Ester bertemu dengan Presiden Donald Trump dalam mengambil keputusan tersebut. Hanya saja, McCarthy berdalih, keputusan menarik pasukan militer ke barak dari Washington D.C itu dilakukan karena pertimbangan lain, yaitu kekuatan kepolisian nasional dan dukungan militer di wilayah itu sudah cukup untuk menghadapi gelombang aksi unjuk rasa di sekitar Gedung Putih. Sehingga, lanjut McCarthy, Esper berpandangan saat ini tidak diperlukan pengerahan pasukan militer dari pangkalan-pangkalan militer AS untuk menghadapi ribuan demonstran. 

Lebih jauh, Ia  menjelaskan, dirinya sempat menerima instruksi dari Pentagon untuk mengirim sekitar 200 tentara dengan pasukan respon lintas udara Airbone 82 ke Washington D.C pada hari Rabu kemarin, 3 Juni 2020. Namun, selang beberapa jam kemudian, Menhan Ester telah merubah keputusan dengan menginstruksikan dirinya untuk membawa pulang kembali pasukan Airbone 82 ke pangkalan Militer Fort Bragg.      

Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Presiden AS, Donald Trump terkait dengan penarikan tentara bersenjata dari Gedung Putih tersebut.

Laporan Military.com menyebutkan, sejak Senin malam, setidaknya seribu lebih tentara AS diturunkan untuk mengamankan Gedung Putih dari gelombang aksi ribuan masa yang menolak rasisme terjadi di AS. Tentara bersenjata yang dikerahkan oleh Presiden Donald Trump antara lain, Satu batalion infanteri yang ditunjuk Gugus Tugas 504 dari pangkalan militer di Fort Bragg, kemudian dari Markas Brigade Polisi Militer ke-16 di luar Fort Bragg, dan Batalyon Polisi Militer ke-91 dari Fort Drum. 

Diluar itu, Trump juga telah menurunkan 17000 lebih pasukan Garda Nasional yang disebar di 23 negara bagian Amerika Serikat untuk menghadapi gelombang aksi unjuk rasa solidaritas atas kematian George Floyd di Minnesota pekan lalu. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya