Teknologi Senjata Nuklir Dicuri Hacker China, Amerika dalam Bahaya

VIVA Militer: Ilustrasi ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China
Sumber :
  • Daily Post

VIVA – Sebuah laporan yang dibeberkan Gugus Tugas Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) membuat gempar. Dalam data yang diberikan kepada Dewa Penasehat Kongres AS, terungkap bahwa China berhasil mencuri teknologi senjata nuklir Negeri Paman Sam.

Menhan AS Ucapkan Selamat ke Prabowo Usai Ditetapkan Sebagai Presiden Terpilih

Dalam berita sebelumnya, Direktur Satuan Gugus Tugas Keamanan Nasional AS, Peter Pry, menyatakan bahwa ada dugaan bahwa China memiliki tiga senjata nuklir khusus. 

"Ada dugaan China memiliki nuklir dengan doktrin 'Tak Ada Penggunaan Pertama', seperti yang dimiliki Uni Soviet selama perang dingin. Dan hampir dipastikan itu adalah sebuah disinformasi," kata Pry dikutip VIVA Militer dari Sputnik News.

Terkuak 5 Kejadian yang Terjadi di Dunia Dikaitkan Ketakutan soal Kiamat

Disebut khusus, karena salah satu metode senjata nuklir yang tengah dikembangkan China adalah Super Elektromagnetik Pulse (Super EMP). Senjata nuklir Super EMP ini tak dirancang untuk menghancurkan sasaran di daratan. Melainkan, Super EMP didesain untuk menghancurkan satelit-satelit AS.

VIVA MIliter: Ilustrasi ledakan senjata nuklir Super EMP

Viral Seorang Remaja Jalan Puluhan Ribu Langkah demi Datang ke Masjid untuk Hal Ini

Tak cuma itu, Super EMP bisa diledakkan di zona atmosfer dan akan menimbulkan gelombang kejut elektromagnetik yang sangat dahsyat. Selain mampu menghancurkan satelit, Super EMP juga bisa merusak jaringan listrik, termasuk internet komputer.

Ternyata, pengembangan teknologi senjata nuklir Super EMP adalah hasil peretasan yang dilakukan oleh hacker China. Hal inilah yang membuat pemerintah Donald Trump mendirikan Angkatan Antariksa AS (USSF), sebagai langkah militerisasi ruang angkasa.

Mengetahui peretasan teknologi AS oleh China, Wakil Komandan Angkatan Antariksa AS, Letnan Jenderal David Thompson, meradang. Thompson yakin bahwa China memang ingin menghancurkan satelit-satelit AS.

"Bukan pilihan kami untuk menjadikan ruang angkasa sebagai domain perang. Musuh kami telah memperjelas bahwa mereka memiliki maksud untuk membatasi, dan menghapus penggunaan ruang angkasa yang kami lakukan dengan perang dan konflik," ujar Thompson.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya