Konspirasi Intelijen Militer China di Balik Kampanye Donald Trump

VIVA Militer: Presiden China, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump
Sumber :
  • Star Tribune

VIVA – Sebuah laporan yang menyoroti kampanye Donald Trump untuk kembali menduduki kursi Presiden Amerika Serikat (AS), membuat gempar. Laporan tersebut mengungkap ada peran intelijen militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), dalam kampanye Trump terdahulu dan saat ini.

Terpopuler: Klaim Israel soal Iran Disebut Halu, Ribuan Pendukung Prabowo Siap Jadi Amicus Curiae

Seperti yang diketahui, Trump akan kembali maju sebagai salah satu kandidat dalam Pemilu Presiden Amerika, 3 November 2020 mendatang. Trump yang menjadi calon dari Partai Republik AS, akan bersaing dengan kandidat lain dari Partai Demokrat AS, Joe Biden.

Di sisi lain, saat ini Amerika tengah dipusingkan dengan pandemi Virus Corona (COVID-19) dan ketegangan yang semakin memanas dengan sejumlah negara, Rusia, Iran, dan China. Akan tetapi, sebuah laporan justru menyebut bahwa ada peran intelijen militer China dalam kampanye Trump.

5 Negara yang Pasok Senjata Terbesar ke Israel untuk Lawan Iran, AS Jadi yang Terbesar

Laporan ini datang dari media cetak ternama Amerika, Wall Street Journal, yang dikutip VIVA Militer. Dalam laporannya, Wall Street Journal menyebut ada sebuah front yang bekerja untuk Tentara Pembebasan Rakyat China dan Partai Komunis China (CPC) mendapat misi untuk mendukung pemilihan Trump.

Beberapa anggota front tersebut bahkan dikabarkan berhasil masuk Gedung Putih, dan melakukan pertemuan dengan Trump dan Partai Republik AS Rabu 24 Juni 2020. Pertemuan tersebut dipercaya membicarakan strategi pemenangan Trump dan Partai Republik AS, secara rahasia.

Helikopter Militer Kenya Jatuh, Jenderal Ogolla Menjadi Korban

Andil intelijen militer China disebut tak cuma memberikan dukungan kepada Trump dan Partai Republik, untuk Pemilu kali ini saja. Tetapi, front tersebut menyumbang 450.000 Dollar, atau setara dengan Rp6,4 miliar pada pengukuhan Trump dan kampanye pada 2017. 

Dengan dana tersebut, para intelijen militer China pada akhirnya mendapatkan akses untuk masuk ke Gedung Putih dan melakukan pertemuan langsung dengan Trump dan GOP (Grand Old Party), singkatan Partai Republik AS.

Setelah pertemuan itu berlangsung, kabarnya intelijen China dan Trump membentuk organisasi rahasia di California. Organisasi ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan peluang Trump meraih kemenangan di Pemilu Presiden AS 2020, untuk kedua kalinya.

Ada empat orang pria yang disebut sebagai intelijen militer China. Salah satunya adalah Tang Ben, seroang warga naturalisasi Amerika dari China. Ben disebut memberikan dana sebesar 300.000 Dollar, atau senilai dengan Rp4,3 miliar, kepada Komite Kemenangan Trump (Trump Victory).

Selain Ben, ada pula seorang pria yang bernama David Tian Wang, yang juga mendapat misi mendukung Trump. Wang juga disebut memberikan dana sebesar 150.000 Dollar (Rp2,1 miliar) kepada tim pemenangan Trump itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya