Perang Pecah, 3 Tentara Azerbaijan Tewas Digempur Militer Armenia

VIVA Militer: Perang Armenia lawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
Sumber :

VIVA – Di saat kondisi dunia memanas sebuah pertempuran bersenjata pecah di wilayah Nagorno-Karabakh. Tentara dari Angkatan Bersenjata Armenia perang melawan militer Azerbaijan.

Israel Gempur RS Al-Shifa Gaza, 200 Warga Palestina Tewas

Berdasarkan informasi yang dihimpun VIVA Militer, Selasa 14 Juli 2020, tentara kedua negara saling serang di perbatasan sejak Senin pagi 13 Juli 2020 waktu setempat.

Dilaporkan BMnews, Kementerian Pertahanan Republik Armenia, Shushan Stepanyan, tentara Azerbaijan yang memulai menyerang. Mereka menembaki tentara Armenia yang berada di wilayah Tavush.

29 Pati TNI Naik Pangkat Satu Tingkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pada malam 13 Juli bahwa militer Armenia menembaki sebuah desa di perbatasan.

Lalu pada sore hari tanggal 12 Juli bahwa unit-unit Angkatan Bersenjata Armenia berusaha menyerang posisi tentara Azerbaijan ke arah perbatasan Tovuz menggunakan artileri. Akibat pertempuran itu, tiga tentara Azerbaijan tewas dan lima lainnya terluka.

3 Jenderal Hantu Laut Pamit Tinggalkan Marinir, Salah Satunya Intelijen Kakap TNI

Menurut Shushan Stepanyan Angkatan Bersenjata Azerbaijan sekitar pukul 12:30 pada tanggal 12 Juli berusaha untuk melanggar perbatasan negara bagian  dalam arah Tavush dengan mobil UAZ. Menurutnya, setelah mendapat peringatan dari tentara Armenia, musuh meninggalkan mobil dan kembali ke posisi semula.

"Pada pukul 13:45, Angkatan Bersenjata Azerbaijan, menggunakan tembakan artileri, mencoba merebut benteng kami, tetapi terlempar kembali dari posisi mereka dengan api, membawa korban," kata dia.

Konflik kedua negara atas wilayah Nagorno-Karabakh sudah terjadi sejak 1988. Konflik bermula dari keputusan Nagorno-Karabakh sebagai daerah otonom menyatakan mundur dari SSR Azerbaijan.

Dalam konrontasi bersenjata pada 1992-1994, Azerbaijan telah kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang bersebelahan dengannya. Sejak 1992, negosiasi telah dilakukan dalam kerangka OSCE Minsk Group tentang penyelesaian konflik secara damai. Kelompok ini dipimpin ketua bersama oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.

Pada tahun 1994, Azerbaijan, Armenia dan Republik Nagorno-Karabakh melalui mediasi Rusia, menandatangani Protokol Gencatan Senjata Bishkek. Pada saat yang sama, operasi militer tidak berhenti di situ, yang diperbarui secara berkala.

Eksaserbasi paling signifikan dari konflik adalah perang empat hari pada 2016. Ratusan tentara Armenia dan Azerbaijan tewas dalam pertempuran kala itu.

Sebenarnya para Menteri Luar Negeri dari kedua negara sempat rutin mengadakan pembicaraan melalui sambungan konferensi video tentang Nagorno-Karabakh. Sayangnya Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada awal bulan ini mengatakan bahwa konferensi video tersebut tidak penting dan menyebut proses negosiasi tidak sedang berlangsung.

"Ini hanya berarti bahwa OSCE Minsk Group sedang beraksi. Ok sejauh ini? Beraksi bukan berarti menjadi efektif, "kata Aliyev dalam wawancara dengan wartawan setempat.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam pertemuan dengan Presiden Azerbaijan tahun lalu, menyerukan retorika yang akan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang didukung kedua belah pihak dan diabadikan dalam Piagam PBB dan Helsinki Final Act ketika menyelesaikan situasi di sekitar Nagorno-Karabakh.

Uni Eropa

Uni Eropa mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan konfrontasi bersenjata, menahan diri dari tindakan dan retorika yang memicu ketegangan, dan mengambil tindakan segera untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Dalam konteks ini, kedua belah pihak harus menggunakan mekanisme mereka untuk komunikasi langsung, format yang ditetapkan dipimpin oleh Ketua Bersama OSCE Minsk Group, serta Perwakilan Pribadi Ketua OSCE. Pelanggaran gencatan senjata yang serius ini menyoroti urgensi untuk melanjutkan pemantauan OSCE di lapangan, segera setelah kondisi memungkinkan.

Uni Eropa menyerukan kepada pihak-pihak untuk secara ketat menghormati gencatan senjata, mencurahkan energi dan sumber daya untuk memerangi pandemi Virus Corona atau COVID-19, secara bermakna terlibat kembali dalam negosiasi substantif di bawah naungan Ketua Bersama OSCE Minsk Group dan menyiapkan populasi mereka untuk perdamaian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya