Derita Hebat Melanda Israel Jika Yunani Nyerah Perang Lawan Turki

VIVA Militer: Kapal perang Turki mengawal ketat kapal seismik Oruc Reis.
Sumber :

VIVA – Ada sebuah fakta yang tak terduga sebelumnya di balik ketegangan yang terjadi antara militer Yunani dan Turki di Laut Mediterania Timur. Apa fakta itu?

Melesat Jadi Pangdam, Mayjen TNI Haryanto Serahkan Jabatan Panglima Divif 2 Kostrad ke Sohibnya

Ternyata Israel menjadi pihak yang akan dilanda derita hebat jika sampai Yunani memutuskan untuk membiarkan Turki menguasai perairan tersebut.

Fakta ini diungkapkan Penasihat Keamanan Unani, Laksamana Yunani Alexandros Diakopoulos dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Israel.

Hadiri Forum Internasional di China, KSAL Tegaskan Pentingnya Jaga Keamanan Maritim di Kawasan

Menurut perwira senior Angkatan Laut Yunani itu, Turki akan menjadi ancaman terbesar dan menakutkan bagi Israel jika angkatan bersenjata negeri para dewa memutuskan untuk menyerah dari militer Turki di Mediterania Timur.

"Jika Yunani menyerah, jika mereka Turki berhasil menyudutkan kami dan membuat kami tidak terlihat, maka Israel pada suatu saat akan menderita. Turki akan menjadi ancaman bagi Israel, lebih besar dari Iran," kata Alexandros Diakopoulos dikutip VIVA Militer, Jumat 21 Agustus 2020.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Kenapa bisa Israel menjadi korban dari sengketa di Mediterania Timur?

Ceritanya begini, menurut Diakkopoulos, Turki merupakan negara yang menolak keras proyek pipa gas lepas pantai yang menghubungkan Mediterania Timur langsung ke Eropa. Nah, proyek itu ternyata kerjasama antara Israel, Yunani dan Siprus yang telah disepakati di Athena pada Januari 2020 dengan julukan EastMed.

Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis telah memperingatkan Israel akan ancaman Turki itu ketika dia berkunjung ke Yerusalem baru-baru ini.

Sebelum Israel, Yunani dan Siprus menyepakati proyek senilai 6 miliar Euro, Turki telah melakukan perjanjian maritim dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya. Dalam perjanjian itu, Turki akan melakukan eksplorasi gas alam dan minyak serta mengeksploitasi dasar ratusan kilometer dasar laut Mediterania timur tepatnya di pantai tenggara di sebelah utara Libya.

Hanya saja Yunani dan Siprus menilai perjanjian Turki dan GNA itu sebagai upaya untuk menggagalkan proyek pipa EastMed. Kedua negara itu menganggap perjanjian Turki dan GNA ilegal.

Dan Turki tiba-tiba saja mengerahkan kapal eksplorasi seismik Oruc Reis untuk melakukan survei. Sebenarnya kegiatan itu sempat ditunda karena ditentang Yunani terkait kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Tapi Turki akhirnya memutuskan melanjutkan eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex di selatan dan timur Pulau Kastellorizo Yunani.

Malah Turki mendadak mengerahkan kapal-kapal perangnya ke Laut Mediterania menyusul adanya kesepakatan antara Yunani dan Mesir terkait ZEE. Turki tak terima atas kesepakatan itu dan menggelar latihan perang dengan sandi operasi NAVTEX.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya