Kisah Iblis Wanita Pembantai Ratusan Tentara Nazi

VIVA Militer: Penembak jitu wanita militer Uni Soviet, Lyudmila Pavlichenko
Sumber :
  • Topwar.ru

VIVA – Sebagai salah satu pihak yang terlibat, Uni Soviet kehilangan jutaan prajuritnya. Lebih dari delapan juta Tentara Merah negara komunis itu tewas dalam pertempuran. Di balik dahsyatnya kecamuk perang, ada sosok wanita yang dianggap sebagai salah satu pahlawan Uni Soviet atas kehebatannya dalam perang melwan pasukan Nazi Jerman.

Gagal Cegah Serangan Hamas, Bos Intelijen Israel Mundur

Lahir di Bila Tserkiva, Kerajaan Rusia, 12 Juli 1916, Lyudmila Pavlichenko terlahir dengan nama Lyudmila Mikhailovna Belova. Lyudmila pun takkan pernah memiliki mimpi atau bahkan membayangkan bakal menjadi seorang pahlawan, atau terlibat dalam perang.

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari The National Interest, Lyudmila masih berusia 24 tahun saat pasukan Nazi Jerman masuk ke Kiev (sekarang ibukota Ukraina). Saat itu, Lyudmila berstatus sebagai mahasiswa Universitas Kiev jurusan sejarah. 

Indonesia Mengalami Hampir 100 Ribu Serangan di 2023

Segerombolan pasukan Nazi datang berbarengan dengan bunyi letusan senapan dan bom yang menghujani kota itu, Juni 1941. Lyudmila adalah salah satu penduduk Kiev yang ikut berlari mencari perlindungan, lantaran takut dengan serangan tentara Nazi.

Meskipun seorang wanita, Lyudmila ternyata punya keberanian untuk membela negaranya. Sebagai pemuda Uni Soviet, Lyudmila berpikir keras pada malam hari setelah serangan pasukan Nazi. Hingga pada akhirnya, Lyudmila mendaftarkan diri di kesatuan Tentara Merah keesokan harinya.

Setiap 10 Menit Satu Anak Terbunuh di Gaza, Menurut Laporan UNRWA

Memiliki paras cantik, Lyudmila datang ke tempat perekrutan Tentara Merah dengan memakai sepatu hak tinggi, dan gaun nan indah. Rambutnya yang bergelombang dipoting pendek, sementara kuku-kukunya tampak terawat. 

Singkat cerita, para Tentara Merah perekrut sempat menertawakannya. Sebab Lyudmila dianggap lebih cocok menjadi seorang model dibanding menjadi personel Tentara Merah. 

"Mengapa Anda tidak bekerja di pabrik seperti wanita lain? Kuku jarimu akan kotor," kata prajurit militer Uni Soviet di tempat perekrutan kepada Lyudmila.

Kesal dengan perlakuan para tentara pria itu, Lyudmila pun membantung ijazah penembak jitu, Lencana Voroshiloc Marksman, dan penghargaan pendidikan paramiliter yang pernah diikutinya. Wajah para tentara pria itu langsung berubah, dan pada akhirnya memberikan cap tanda Lyudmila diterima.

Siapa sangka, Lyudmila berada dalam perjalanan hidupnya untuk menjadi salah satu dari 2.000 penembak jitu wanita yang bertugas untuk Tentara Merah Uni Soviet. Siapa sangka juga, gadis mungil ini akan jadi wanita yang paling berbahaya dan sangat ditakutu tentara-tentara Nazi.

Selama pendidikan, Lyudmila tak lagi terlihat seperti model. Ia harus memakai seragam tempur militer dan menenteng senapan Mosin-Nagant kaliber 7.62mm, yang memiliki jangkauan target 1.250 meter.

Pada 8 Juli 1941, Lyudmila pun menghadapi pertempuran pertamanya. Pasalnya, pasukan Nazi hampir mencapai Kiev. Mengantisipasi serangan itu, pasukan Uni Soviet pun langsung merespons. Lyudmila ditempatkan di Divisi ke-25 Chapayev, dengan senjata yang sama bermodal 120 butir peluru.

Sebagai seorang manusia dan wanita, Lyudmila sempat ragu untuk berperang. Apalagi sampai harus membunuh. Akan tetapi, pada akhirnya Lyudmila mampu melewati keraguannya lantaran tahu bahwa musuh pun tak akan ragu membunuhnya. 

"Saya tahu, tugas saya adalah menembak mati manusia. Secara teori, itu tidak masalah. Tetapi saya tahu bahwa hal yang sebenarnya akan sangat berbeda. Setelah itu, tidak ada yang bisa menghentikan saya," ucap Lyudmila.

Setahun kemudian, tepatnya dalam Pertempuran Sevastopol, Lyudmila sempat terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit. Ia menjadi korban luka saat pasukan Uni Soviet terkepung di pelabuhan, sementara pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Jerman (Luftwafe) menjatuhkan bom seberat 570 ton.

Akibat serangan itu, Lyudmila terkena pecahan peluru, dan pada akhirnya dievakuasi dengan kapal selam. Ternyata, itu adalah pertempuran terakhirnya. Sebab, Lyudmila pada akhirnya ditarik dari kesatuannya. Dalam perhitungan resmi terakhir, Lyudmila disebut telah membunuh 309 tentara Nazi Jerman.

Akan tetapi, data tersebut masih harus didiversifikasi. Sebab militer Uni Soviet yakin, jumlah korban tentara Nazi yang ditembak mati Lyudmila mencapai hampir 500 orang.

Pasca Perang Dunia II usai, Lyudmila sempat menamatkan pendidikannya di bidang sejarah Universitas Kiev. Pada 1945 hingga 1953, Lyudmila kembali berkarier di dunia militer sebagai asisten riset Markas Besar Angkatan Laut Uni Soviet. Pada 1957, Lyudmila sempat mendapat kunjungan dari istri Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelr, Eleanor Roosevelt.

Lyudmila meninggal dunia pada 10 Oktober 1974, akibat penyakit stroke yang dideritanya. Ia dimakamkan di Novodevichy Cemetery, Moskow, dengan upacara militer. Untuk mengenang jasanya, nama Lyudmila diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Sevastopol.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya