Arab Saudi Diduga Sudah Takluk di Tangan Mossad dan Damai sama Israel

VIVA Militer: King Saudi and MBS.
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Kekuatan negara-negara Arab Teluk dan Islam untuk melawan Israel terkait penjajahan atas Palestina dan penguasaan Kota Suci Yerusalem sepertinya benar-benar sudah di ambang kehancuran.

Sepak Terjang Netzah Yehuda, Batalion Tempur Israel yang 'Digebuk' AS

Bagaimana tidak, setelah berhasil memperdaya Uni Emirat Arab untuk berdamai melalui operasi senyap yang dilakukan Badan Intelijen Nasional Israel atau Mossad. Kali ini Bangsa Yahudi diduga kuat juga berhasil melemahkan nyali Kerajaan Arab Saudi untuk menentang mereka.

Tanda-tanda para petinggi kerajaan penjaga dua masjid suci umat Islam dunia, Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi itu, telah ditaklukkan Mossad untuk berdamai dengan Israel, sudah terlihat dengan diizinkannya pesawat Israel melintasi wilayah udara Kerajaan Arab Saudi.

Samson, Pemberontak OPM yang Serang Markas Koramil di Papua Tobat dan Serahkan Diri ke Prajurit TNI

Hal itu diungkapkan pemimpin Gerakan Pertahanan Islam atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah alias Hamas, Hassan Yousef.

Dikutip VIVA Militer dalam wawancara eksklusif dengan QNN, Rabu 2 September 2020, Yousef mengatakan, dengan adanya izin melintasi wilayah udara  Arab, maka itu pertanda awal telah terjadi normalisasi hubungan Arab dengan Israel.

Uji Kesiapan Operasi, Prajurit Puspenerbal TNI AL Gelar Latihan Terbang Malam

Dan apa yang telah dilakukan Arab Saudi dianggap sebagai sebuah pengkhianatan bagi rakyat Palestina.

"Perlombaan menuju normalisasi dan pembukaan wilayah udara yang sedang berlangsung untuk penerbangan Israel adalah tikaman di punggung Palestina. Kami berharap tidak ada upaya normalisasi lebih lanjut, tetapi kenyataannya beberapa pernyataan merupakan awal dari normalisasi," kata Yousef.

VIVA Militer: Direktur Mossad, Yossi Cohen.

Sebenarnya kecurigaan Arab Saudi akan mengikuti jejak UEA, Mesir dan Yordania untuk berdamai dengan Israel sudah terendus sejak beberapa bulan terakhir ini.

Meskipun Pangeran Faisal bin Farhan bin Abdullah bin Faisal bin Abdulaziz Al Saud telah menyatakan sikap bahwa Kerajaan Arab Saudi tak akan melakukan perdamaian dengan Israel, sebelum Israel berdamai dengan Palestina dan membebaskan Palestina dari penjajahan.

"Perdamaian harus dicapai dengan Palestina. Setelah itu tercapai, semuanya mungkin," kata Pangeran Faisal di Berlin, Jerman pertengahan Agustus 2020.

Yang terbaru adalah rencana pertemuan rahasia yang digelar di Washington, Amerika Serikat, antara putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman dengan para petinggi Bangsa Yahudi seperti Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu dan Direktur Mossad Yossi Cohen.

Memang, disebutkan rencana pertemuan itu dibatalkan oleh Pangeran Mohammed. Putra Raja Salman ini memutuskan membatalkan rencana pertemuan itu menyusul telah bocornya informasi ke publik.

Namun, yang paling menguatkan lagi ialah, Netanyahu mengaku sendiri bahwa Israel dan pemimpin negara Arab dan negara Islam telah melakukan pertemuan rahasia yang mengarah pada perundingan perdamaian.

"Banyak pertemuan lain dengan para pemimpin Arab dan Islam diadakan, yang tidak diumumkan. Para pemimpin ini menyadari bahwa kepentingan vital mereka terletak pada menormalisasi hubungan dengan Israel," kata Netanyahu.

VIVA Militer: Turkey President.

Untuk diketahui, misi Israel untuk berusaha membuat negara-negara Islam berdamai diberikan Netanyahu kepada Direktur Mossad. Termasuk ketika mendamaikan UEA dengan Israel. Dan selanjutnya Mossad menargetkan 4 negara Muslim lainnya mulai dari Bahrain, Maroko, Oman dan Sudan.

Netanyahu selama ini menggembar-gemborkan bahwa perdamaian dengan negara Islam, merupakan salah satu upaya Israel yang didukung Amerika, untuk menciptakan perdamaian dengan Palestina.

"Semakin banyak negara Arab dan Islam bergabung dalam lingkaran perdamaian, semakin banyak orang Palestina pada akhirnya akan menyadari bahwa hak veto mereka telah menguap, membuat mereka semakin sulit untuk tetap berada di luar lingkaran perdamaian," kata Netanyahu.

Hanya saja, sebenarnya ada kekuatan lain yang sedang ditandingi oleh Israel dan Amerika Serikat. Yakni kekuatan dari kubu Turki, Iran dan Rusia. Hal itu sangat kentara terlihat pada konflik yang terjadi di Suriah dan Laut Mediterania timur.

Dalam sejarahnya, permusuhan negara-negara Islam dengan Israel mulai tercipta seiring meletusnya Perang Arab Israel pada 1948, perang pecah sehari setelah Israel memproklamirkan kemerdekaan pada 26 Mei 1948. Negeri Yahudi itu diserang tentara gabungan dari Mesir, Suriah, Lebanon, Yordania, Irak, Arab Saudi, Yaman, Sudan dan beberapa negara lainnya.

Semua negara Islam marah setelah secara sepihak PBB membagi wilayah Palestina dalam dua bagian. Gilanya PBB memberikan 55 persen wilayah Mandat Britania atas Palestina kepada Israel.

Dan wilayah Israel semakin meluas menjadi menguasai 70 persen wilayah itu setelah berhasil memenangkan Perang Arab Israel 1948.

Baca: Kerajaan Arab Saudi Bergolak, Raja Salman Pecat Panglima Perang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya