Penasihat Erdogan Sebut Merkel Hasut Tentara Salib Buat Habisi Turki

VIVA Militer: Kanselir Jerman, Angela Merkel
Sumber :
  • Spiegel

VIVA – Yasin Aktay, Penasihat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, melontarkan pernyataan kontroversial terkait konflik negaranya dengan Yunani. Aktay yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunnan (Partai AK), memberikan tuduhan serius kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel.

5 Film Romantis Berlatar Perang Dunia II, Kisah Cinta di Tengah Kekacauan

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Al Arabiya, Aktay mengecam keras tindakan Merkel, yang dianggap menghasut Uni Eropa (UE) untuk melawan Turki.

Dalam sebuah artikel opini, Aktay berani mengatakan bahwa "Merkel telah memanggil Tentara Salib ke Mediterania" untuk memerangi Turki.

Gegara Gurun Sahara, Langit Yunani jadi Oranye bak di Planet Mars

"Terlepas dari peran mediator yang dia ambil, dengan memanggil negara-negara Uni Eropa yang hampir tanpa syarat berdiri di belakang Yunani, mendengarkan dan mendukungnya. Dia secara terbuka menyatakan dengan siapa dia berdiri," tulis Aktay.

"Merkel menyerukan kepada Tentara Salib untuk solidaritas di Mediterania," lanjutnya.

Serang Israel, Uni Eropa Bakal Jatuhi Iran Sanksi

Pernyataan keras Aktay seiring dengan langkah Erdogan, yang dikabarkan baru saja memberi perintah langsung kepada para perwira tinggi Angkatan Bersenjata Turki (TSK), untuk menembak jatuh setiap jet tempur Yunani. 

Selain itu, Erdogan juga sudah menegaskan bahwa Turki akan terus melanjutkan misi eksplorasi minyak dan gas di Laut Aegea. Meskipun, gelombang kecaman terus menghantam Turki. Erdogan menyatakan bahwa wilayah tempat ekplorasinya masih ada dalam teritorial Turki.

Erdogan siap mengambil langkah diplomasi maupun tindakan militer, untuk mempertahankan kedaulatan Turki.

Beberapa hari lalu, Merkel memberikan pernyataan jika seluruh Uni Eropa memiliki kewajiban untuk mendukung Yunani.

Merkel bahkan sempat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Menteri Luar Negeri Turki, Nikos Dendias, dengan hasil seruan untuk memberikan sanksi terhadap Turki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya