Sadis, 3.754 Tentara Azerbaijan Jadi Korban Keganasan Militer Armenia

VIVA Militer: Mayat tentara di perang Armenia Azerbaijan.
Sumber :
  • VIVA Militer/Istimewa

VIVA – Sudah lebih sepekan, belum juga ada tanda-tanda perang di Nagorno-Karabakh, akan berakhir. Malahan korban akibat perang terbuka itu semakin bertambah banyak

Turki Menolak Pertemuan Trilateral Antara Armenia, AS dan UE Karena Ketidakhadiran Azerbaijan

Berdasarkan informasi terbaru yang dilansir VIVA Militer dari Kementerian Pertahanan Armenia, Kamis 8 Oktober 2020, disebutkan sudah hampir empat ribu tentara Azerbaijan jadi korban keganasan serangan militer Armenia.

Disebutkan, dari hari pertama perang meletus pada 27 September 2020 hingga 6 Oktober 2020, total sudah sebanyak 3.754 tentara Azerbaijan yang menjadi korban.

Deretan Fakta Perang Armenia dan Azerbaijan yang Sedang Memanas

Selain itu, menurut Armenia, militer mereka juga telah berhasil menghancurkan 416 kendaraan lapis baja dan tank milik Azerbaijan. Mereka juga mengklaim telah menembak jatuh 127 pesawat tanpa awak atau drone, 16 helikopter dan 17 pesawat tempur.

Armenia juga mengklaim telah menghancurkan empat unit peluncur rudal Smerch buatan Uni Soviet yang dipakai Azerbaijan dalam pertempuran kali ini.

2 Negara Tak Terduga Ini Sedang Memanas, Militer Saling Serang Senjata Mematikan

Perlu diketahui, konflik kedua negara atas wilayah Nagorno-Karabakh sudah terjadi sejak 1988. Konflik bermula dari keputusan Nagorno-Karabakh sebagai daerah otonom menyatakan mundur dari SSR Azerbaijan.

Dalam konfrontasi bersenjata pada 1992-1994, Azerbaijan telah kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang bersebelahan dengannya. Sejak 1992, negosiasi telah dilakukan dalam kerangka OSCE Minsk Group tentang penyelesaian konflik secara damai. Kelompok ini dipimpin ketua bersama oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.

Pada tahun 1994, Azerbaijan, Armenia dan Republik Nagorno-Karabakh melalui mediasi Rusia, menandatangani Protokol Gencatan Senjata Bishkek. Pada saat yang sama, operasi militer tidak berhenti di situ, yang diperbarui secara berkala.

Eksaserbasi paling signifikan dari konflik adalah perang empat hari pada 2016. Ratusan tentara Armenia dan Azerbaijan tewas dalam pertempuran kala itu.

Baca: Demi Anak Buah, Mayjen Hassanudin Masuki Pulau Kosong Samudera Hindia

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya