Jenderal TNI Lulusan CORO Jadi Kasad Pertama

VIVA Militer: Jenderal TNI (Purn.) G. P. H Djatikoesoemo
Sumber :
  • Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI)

VIVA – Jauh sebelum Jenderal TNI Andika Perkasa menduduki posisi Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kasad), ada seorang Pahlawan Nasional yang pertama kali memegang tampuk kepempimpinan di Matra Darat. Siapa dia? Dia adalah Jenderal TNI (Purn.) Goesti Pangeran Harjo (G. P. H) Djatikoesoemo.

Luar Biasa, Prajurit TNI Ini Rela Rugi Rp20 Juta Sebulan Demi Tolong Petani Singkong yang Menderita

Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari Dinas Sejarah Angkatan Darat, Jenderal TNI Djatikoesoemo memulai karier militernya pada 1942. Tiga tahun sebelum Proklamasi Indonesia dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta, Djatikoesoemo ikut dalam Pelatihan Korps Perwira Cadangan, atau yang dalam Bahasa Belanda Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO).

Djatikoesoemo belum juga lulus dan statusnya masih sebagai taruna CORO, akan tetapi tugas untuk maju ke medan tempur sudah didapatnya. Tepatnya pada 3 Maret 1942, Djatikoesoemo diperintahkan untuk ikut bertempur melawan Tentara Kekasiaran Jepang di Ciater, Subang, Jawa Barat.

Merinding, Isi Pesan Terakhir Raja Aibon ke Pasukan Tengkorak Sebelum Tinggalkan Kostrad TNI

Dalam lima hari pertempuan, pasukan Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya kalah. Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari buku "GPH Djatikusumo Prajurit - Pejuang dari Kraton Surakarta" karya Salam Solichin, Belanda mengumumkan penyerahan diri tanpa syarat kepada Tentara Kekaisaran Jepang, di Pangkalan Udara Kalijati.

Photo :
  • Sejarah Zeni
Demi Warga, Perwira Pasukan Naga Hitam TNI Berjibaku Lawan Ular Raksasa di Semak Perbatasan Negara

Meskipun Belanda kalah, Djatikoesoemo tak diintimidasi oleh tentara Jepang. Pria kelahiran Surakarta (Solo), 4 Juli 1917 ini malah bisa meneruskan pendidikan militernya di akademi Jawaboei Kanbu Giyugun Resentai.

Djatikoesoemo masuk dalam akademi militer bikinan Jepang di Bogor, dengan tujuan untuk melatih calon perwira Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Pada 1945, Djatikoesoemo lulus dari Akademi Jawaboei Kanbu Giyugun Resentai dengan pangkat Chudancho (Komandan Kompi). Ia kemudian bertugas di Daidan (Batalyon) I PETA Surakarta.

Sejumlah posisi pernah diduduki Djatikoesoemo, mulai dari Ketua BKR Surakarta dan Komandan Batalyon I Tentara Keamanan Rakyat X Surakarta (1945), Perwira Menengah Markas Besar Tentara (MBT) Yogyakarta (1945-1946), Panglima Tentara Rakyat Indonesia (TRI) Divisi IV/Panembahan Senopati (1946), dan Panglima TNI Divisi V/Ronggolawe (1946-1948).

Setelah itu, baru lah Djatikoesoemo diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada 1948. Setahun menjadi orang nomor satu TNI Angkatan Darat, Djatikoesoemo kemudian didapuk menjadi Gubernur Akademi Militer di Yogyakarta, periode 1948 hingga 1950.

Photo :
  • Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI)

Hingga Djatikoesoemo pensiun pada 1972 dengan pangkat Letnan Jenderal TNI, ia juga pernah menduduki posisi sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Direktur Corps Zeni Angkatan Darat, hingga sejumlah jabatan Menteri dan Duta Besar. 

Djatikoesoemo meninggal dunia pada tiga hari setelah hari ulang tahunnya yang ke-75, tepatnya pada 4 Juli 1992. Lima tahun kemudian, ia mendapat kenaikan pangkat mejadi Jenderal TNI Kehormatan. Kemudian saat Megawati Soekarno Putri menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Djatikoesoemo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 2002.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya