- atlanticcouncil.org
VIVA – Secara terbuka, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memproklamirkan Rusia sebagai ancaman yang sangat berbahaya bagi Eropa. Derap invasi militer Rusia menggilas Ukraina dianggap NATO sebagai bukti Negeri Beruang Merah adalah pelaku kejahatan kemanusiaan.
Berbicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Madrid, Spanyol, Rabu 29 Juni 2022, Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, mengungkap sebuah fakta mengejutkan.
NATO sepertinya sudah menyimpan dendam sejak Rusia mencaplok Semenanjung Krimea, Ukraina, pada 2014 silam. Stoltenberg menyatakan bahwa NATO sudah delapan tahun mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan perang melawan pasukan Rusia.
Stoltenberg membantah tuduhan yang menyebut jika NATO terlambat dalam memberikan dukungan terhadap Ukraina. NATO secara sadar telah melihat kesewenang-wenangan Rusia sejak lama, dan bukan baru tersadar dalam lima bulan terakhir.
"Kami sebenarnya sudah mempersiapkan kemungkinan itu untuk waktu yang lama. NATO tidak secara tiba-tiba terbangun pada 24 Februari dan menyadari bahwa Rusia berbahaya," ucap Stoltenberg dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS.
Meski demikian, faktanya negara-negara anggota NATO semisal Amerika Serikat (AS) atau Inggris, lebih banyak mengirim bantuan dana dan persenjataan dibanding mengerahkan unit pasukannya ke palagan Ukraina.
Di sisi lain, bantuan yang dikirim negara-negara anggota NATO ke Ukraina dianggap Stoltenberg sebagai bentuk investasi. Bantuan itu adalah bukti adanya kontribusi NATO untuk mendukung perlawanan Ukraina.
Apa yang dikatakan Stoltenberg senada dengan yang sebelumnya diucapkan oleh Biden, saat Amerika secara resmi mengirim puluhan unit jet tempur siluman F-35 Lightning II ke Inggris dan dua unit kapal perang ke Spanyol.
Dalam berita sebelumnya VIVA Militer melaporkan, Biden juga memastikan bahwa Amerika akan membangun pangkalan militer di Polandia, negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina.
"Kenyataannya adalah kami juga telah mempersiapkan ini sejak 2014. Karena itulah, alasan mengapa kami meningkatkan kehadiran kami di bagian timur aliansi. Mengapa NATO mulai berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan," kata Stoltenberg.