- time.com
VIVA – Sebelum Presiden Vladimir Putin memberi perintah invasi militer ke Ukraina, konflik bersenjata lebih dulu terjadi di Republik Rakyat Donetsk (DPR). Laporan terbaru menyebut, militer Ukraina telah membantai lebih dari 4.000 warga sipil di wilayah tersebut.
Situasi memanas di Donetsk tepat sepekan sebelum Putin mengumumkan Operasi Militer Khusus (NVO) di Ukraina.
Dilansir VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS, Pusat Koordinasi Pengendalian Bersama Rusia, konflik di Donetsk meningkat sejak 17 Februari 2022. Badan tersebut membeberkan data korban jiwa dan luka-luka akibat kejahatan perang tentara Ukraina.
Dalam laporannya, Pusat Koordinasi Pengendalian Bersama menyatakan jika sekitar 4.500 warga sipil tewas di wilayah Donetsk. Jumlah tersebut juga termasuk anak-anak, lansia dan wanita.
Pada awal eskalasi, 677 warga sipil terbunuh dalam serangan pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU) di perbatasan. Dalam jumlah itu terdapat 28 anak-anak yang tewas selama 389 hari konflik.
Total korban tewas di kalangan warga sipil sebanyak 3.780, termasuk 106 anak-anak. Seluruh korban berasal dari wilayah yang sudah dibebaskan pasukan militer Rusia dan Milisi Rakyat Donetsk dan Luhansk.
"Sebanyak 677 warga sipil, termasuk 28 anak-anak, tewas di wilayah perbatasan yang ditetapkan sebelum dimulainya operasi militer khusus dalam 389 hari eskalasi," bunyi pernyataan Pusat Koordinasi Pengendalian Bersama
"Sebanyak 3.780 warga sipil, termasuk 106 anak-anak, tewas di daerah yang dibebaskan selama operasi militer khusus. Sebanyak 4.457 [orang] tewas, termasuk 134 [anak-anak]," lanjut pernyataan tersebut yang dipublikasi di kanal pesan elektronik Telegram.
Serangan pasukan Ukraina juga dilaporkan telah menghancurkan lebih dari 10.000 rumah dan hampir 2.500 infrastruktur sipil.
Pusat Koordinasi Pengendalian Bersama juga mencatat militer Ukraina telah melancarkan serangan 16.164 serangan, 15.832 diantaranya menggunakan artileri berat.
Total pasukan Ukraina menembakkan 103.035 amunisi, termasuk 39 roket OTR-21 Tochka-U, 247 roket HIMARS buatan Amerika Serikat (AS), 20 roket BM-20 Smerch dan 258 roket BM-27 Uragan.
"Sebanyak 16.164 serangan penembakan tercatat, 15.832 di antaranya melibatkan senjata berat. Musuh menembakkan 103.035 amunisi, termasuk 39 roket Tochka-U, 247 roket HIMARS, 20 roket Smerch, dan 258 roket Uragan," kata pernyataan tersebut.