Pasukan Elite IRGC Iran Terguncang Hebat Pasca Kematian Jenderal Abbas

VIVA Militer: Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan
Sumber :
  • irna.ir

VIVA – Hampir sebulan pasca tewasnya Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, akibat serangan udara militer Israel di Dahieh, Beirut, Lebanon, 27 September 2024. Ternyata, kematiannya menjadi pukulan telak untuk satuan elite Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Ribuan Tentara Rusia Mulai Angkat Kaki dari Suriah

Ada dampak yang sangat luas dari tewasnya Nilforoushan bagi IRGC, termasuk bagi sejumlah proksinya seperti Hizbullah, Houthi dan Hamas. Hal tersebut diungkap oleh Benny Sabti, pakar militer dan peneliti Institut Studi Keamanan Nasional (INSS).

Menurut Sabti, kematian Nilforoushan mengguncang seluruh struktur IRGC untuk yang pertama kali. 

Militer Israel Gempur Latakia, Pangkalan Udara Rusia dalam Bahaya

Dalam pandangannya, tewasnya Nilforoushan lebih berdampak jika dibandingkan saat Mayor Jenderal Qassem Soleimani terbunuh pada 2020 silam. Tak terkecuali, soal perlengkapan dan keuangan operasi.

VIVA Militer: Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan dan Ayatollah Khamenei

Photo :
  • Instagram/@iranmilitarymagazine_en
Iran Anggap Pasukan Suriah Pengecut, Penyebab Tumbangnya Rezim al-Assad

Sebab menurut Sabti, Nilforoushan adalah komandan operasi IRGC yang tahu persis seluk belum misi yang dijalankan.

"Pria ini adalah kepala operasi di Garda Revolusi, dan banyak misi, perlengkapan, dan anggaran yang dipegangnya," ujar Sabti dikutip VIVA Militer dari The Jerusalem Post.

Sabti juga menyebut bahwa lewat tangan Nilforoushan lah aliran uang dan senjata untuk Hizbullah, Houthi dan Hamas bisa tersampaikan. Semua aktivitas ini diklaim Sabti masuk melalui Suriah.

"Pria ini bertanggung jawab atas segala hal yang menjadi perhatian kami, menyetujui anggaran dan mentransfer senjata ke Suriah dan Lebanon," kata Sabti melanjutkan.

VIVA Militer: Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan

Photo :
  • abna24.com

"Untuk menjaga semua aktivitas Hizbullah dan organisasi teroris lainnya yang beroperasi terutama melalui hubungan dengan Suriah," katanya.

Lebih lanjut Sabti mengungkap bahwa Nilforoushan bukan lah tokoh kuat yang muncul secara ajaib. Pada saat Revolusi Iran terjadi, Nilforoushan yang masih berusia 14 tahun bahkan sudah ikut Perang Iran-Irak pada 1982.

"Ia adalah salah satu ekstremis. Ia berusia 14 tahun ketika revolusi di Iran terjadi, dan pada usia tersebut, ia ikut serta dalam perang Iran-Irak," ucap Sabti melanjutkan.

"Seseorang yang banyak akal dan sangat berpengalaman sangat penting di Iran, seperti Soleimani. Seseorang yang tahu cara memimpin operasi dengan tiga panggilan telepon yang bahkan tiga puluh orang lainnya tidak akan berhasil melakukannya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya