Kisah Jenderal Besar TNI Soedirman di Lereng Gunung Slamet

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Nama Jenderal Besar Soedirman sudah tidak asing lagi bagi dunia militer di Indonesia. Karena andilnya yang begitu besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Namun siapa yang menyangka bahwa sejak kecil ternyata dirinya diangkat sebagai anak oleh pamannya sendiri.

Basis OPM Paro Nduga Lumpuh Digempur TNI, 2 Anak Buah Egianus Kogoya Tertembak

Berdasarkan informasi dihimpun VIVA Militer, Kamis 9 Juli 2020, Soedirman yang lahir pada 24 Januari 1916 diangkat oleh R. Tjokrosunaryo yang pada saat itu menjadi Asisten Wedana (Camat) di Rembang. Namun setelah pensiun mereka menetap di Cilacap.

Saat Soedirman berusia tujuh tahun dan sudah memasuki usia sekolah, ia bersekolah di HIS (Holiandsch Inlandsche School = Sekolah Dasar) Negeri di Cilacap. Meski diangkat sebagai anak, Tjokrosunaryo mendidik Soedirman agar menjadi anak yang disiplin.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

Soedirman juga diajarkan cara-cara menepati waktu belajar dan menggunakan uang saku sebaik-baiknya. Selain itu di usia yang terbilang muda, Soedirman juga harus bisa membagi waktu antara belajar, bermain dan mengaji.

Ibu Tjokrosunaryo juga tidak lupa untuk mendidik Soedirman mengenai hal sopan santun Jawa tradisional. Setelah lulus dari pendidikan SD tahun 1930, Soedirman tidak langsung melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

TNI Berduka, Letkol Marolop Meninggal Dunia 2 Hari Usai Serahkan Jabatan Komandan Kodim di Papua

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman

Ia tidak bersekolah selama dua tahun dan untuk mengisi kekosongan waktunya, Soedirman membantu pamannya bertani, bekerja, dan mendalami keagamaan. Kemudian pada tahun 1932, Soedirman akhirnya melanjutkan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs = SMP) Wiworo Tomo dan tamat pada tahun 1935.

Soedirman yang aktif di organisasi kepramukaan Hizbulwathon (HW) mulai memperlihatkan bakat-bakat kepemimpinannya. Pernah pada suatu hari, Hizbulwathon mengadakan jambore di lereng Gunung Slamet yang terkenal berhawa dingin.

Ketika malam menjelang, udara menjadi semakin dingin dan kebanyakan anak-anak yang ikut dalam kegiatan itu tidak mampu menahan dinginnya udara pada malam itu. Tapi hanya satu orang anak yang mampu menahannya dan tetap tinggal di kemahnya yaitu Soedirman. 

Tidak hanya bakat kepemimpinannya saja yang terlihat, bakatnya menjadi seorang guru juga terlihat ketika ia lulus dari MULO. Soedirman tetap aktif di Hizbulwathon dan kemudian memilih menjadi guru di HIS Muhammadiyah.

Singkat cerita, Soedirman menikah dengan seorang wanita cantik bernama Alfiah pada 1936. Ternyata wanita cantik itu adalah seorang teman lama yang sudah ia kenal sejak duduk di bangku SD Wiworo Torno.

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman Bersama Istrinya Siti Alfiah

Hidup di masa kekuasaan pemerintahan Jepang, membuat sekolah Muhammadiyah tempat Soedirman mengajar terpaksa ditutup oleh Jepang. Namun ia tidak tinggal diam, berkat kegigihan dan usaha keras akhirnya sekolah itu dibuka kembali.

Bersama dengan beberapa temannya, Soedirman mendirikan koperasi dagang yang bernama Perbi dan ia menjadi ketuanya. Lahirnya Perbi di Cilacap menimbulkan pro dan kontra serta persaingan yang tidak sehat.

Tidak senang akan hal itu, kemudian Soedirman mendirikan Persatuan Koperasi Indonesia Wijayakusuma yang bertujuan untuk mempersatukan para anggota koperasi itu.

Cukup aktif dalam organisasi dan membina Badan Pengurus Makanan Rakyat, Soedirman diangkat menjadi anggota Syu Sangikai (semacam dewan perwakilan karesidenan) Banyumas. Karena kecakapan dan kejujuran Soedirman, ia juga ditunjuk sebagai anggota Hokokai Karesidenan Banyumas.

Namun pada pertengahan tahun 1943 Jepang mulai terdesak oleh Sekutu, sehingga berusaha mencari siasat lain dan bulan Oktober 1943 pemerintah Jepang mengumumkan pembentukan tentara Pembela Tanah Air (Peta).

Soedirman yang kala itu kerap disapa Pak Dirman mulai mengikuti latihan Peta angkatan kedua yang berada di Bogor. Soedirman yang sedari kecil memiliki jiwa kepemimpinan kemudian diangkat menjadi Daidanco (komandan batalyon) berkedudukan di Kroya, Banyumas usai menyelesaikan pelatihan.

Saat itulah Soedirman memulai riwayatnya sebagai seorang anggota militer. Memiliki pengalaman sebagai pemimpin membuat Soedirman sangat dicintai oleh para bawahannya saat menjabat sebagai komandan. 

Karena saat itu Pak Dirman sangat memperhatikan kesejahteraan para prajuritnya. Bahkan ia tidak segan-segan untuk bersitegang dengan opsir-opsir Jepang jika ada yang mengganggu prajuritnya.

Baca: Noda Militer Amerika, Kerahkan 5 Jet Tempur Terobos Langit Indonesia

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya