Kisah Sukses Akmil TNI 61, dari Letjen Kentot Hingga Jenderal Tanjung

VIVA Militer: Jenderal TNI (Purn.) Feisal Tanjung
Sumber :
  • Twitter/@arbainrambey

VIVA – Akademi Militer (Akmil) Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah gerbang awal menuju karier militer. Setiap perwira TNI dipastikan melewati pendidikan lebih dulu, sebelum resmi menjadi prajurit Sapta Marga, baik di matra Angkatan Darat (TNI AD), Angkatan Laut (TNI AL) dan Angkatan Udara (TNI AU).

Fakta-fakta Anggota TNI Tersambar Petir di Depan Mabes Cilangkap, 1 Meninggal Dunia

Sejumlah tokoh militer Indonesia yang memiliki karier cemerlang, adalah jebolan-jebolan Akmil. Dengan bekal disiplin tinggi berpadu dengan intelejensi mumpuni, banyak sosok yang mencuat. Baik yang masih aktif bertugas, maupun yang sudah berstatus Purnawirawan TNI.

Dalam berita sebelumnya, VIVA Militer mengutip data dari situs Akmil lulusan 1961. Dalam berita sebelumnya juga, VIVA Militer sedikit mengupas sosok mendiang  Letnan Jenderal TNI (Purn.) Kentot Harseno. 

Prada Ardiansyah, Prajurit TNI yang Tersambar Petir Meninggal Dunia

Letjen Kentot adalah salah satu jebolan Akmil 1961, yang punya karier mengkilap. Letjen Kentot pernah menjadi ajudan Presiden Republik Indonesia ke-2, Jenderal Besar TNI (Purn.) H.M. Soeharto. Selain itu, Letjen Kentot juga pernah jadi orang nomor satu di Komando Daerah Militer (Kodam), saat menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jaya/Jayakarta.

Ternyata, tak cuma Kentot yang punya nama besar di republik ini. Lulusan Akmil 61 lainnya yang juga memiliki karier cemerlang adalah Letjen TNI (Purn.) Tiopan Bernhard Silalahi, atau yang lebih dikenal dengan panggilan TB Silalahi.

Mayjen TNI Anton Resmi Jabat Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Gantikan Mayjen Haryanto

Saat masih aktif bertugas, Letjen Silalahi memang tak menduduki posisi strategis. Mungkin dari sederet posisinya saat masih aktif bertugas di kesatuan Kavaleri TNI, posisi Letjen Silalahi yang terbaik adalah Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) VII/Diponegoro, tahun 1985. Kemudian, Letjen Silalahi sempat juga menduduki posisi Asisten Perencanaaan (Asrena) Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) pada 1986.

Setelah pensiun, Letjen Silalahi pernah menjabat sejumlah posisi penting di pemerintah Orde Baru. Pada 1993 hingga 1998, Letjen Silalahi ditunjuk Presiden Soeharto sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 

Kemudian saat kursi Presiden RI diduki oleh Jenderal TNI (Purn.)  Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Letjen Silalahi dipercaya sebagai Penasehat Khusus Presiden, hingga Ketua Dewan Pertimbangan Presiden periode 2004 hingga 2010.

Nama terakhir yang tak kalah tersohor adalah Jenderal TNI (Purn.) Feisal Edno Tanjung. Jenderal Tanjung bisa dikatakan punya karier yang lebih cemerlang dari Letjen Kentot dan Letjen Silalahi. Sebab saat masih aktif bertugas sebagai prajurit TNI, Jenderal Tanjung menduduki sejumlah posisi strategis.

Kiprah emas Jenderal Tanjung dalam posisi strategis TNI AD dimulai saat menjadi Panglima Kodam VI/Tanjungpura pada 1985 hingga 1988. Kemudian, Jenderal Tanjung juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1992 hingga 1993, sebelum akhirnya ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Panglima ABRI, periode 1993 hingga 1998.

Setelah pensiun, Jenderal Tanjung tetap mendapat kepercayaan dari Presiden Soeharto. Pada 14 Maret 1998, Jenderal Tanjung didapuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) Kabinet Pembangunan VI.

Setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie juga tetap mempercayakan jabatan Menkopolkam kepada Jenderal Feisal. Jenderal Tanjung meninggal di Jakarta, 18 Februari 2013, pada usia 73 tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya