Menguak Operasi Senyap TNI Lintas Negara Terobos Markas Teroris Dunia

VIVA Militer: Denjaka Marinir TNI AL.
Sumber :

VIVA – Tentara Nasional Indonesia tak bisa diremehkan dalam hal penanggulangan terorisme. Tak cuma skala nasional, tapi TNI juga mampu melaksanakan operasi-operasi tindakan anti teror di belahan dunia manapun.

Basis OPM Paro Nduga Lumpuh Digempur TNI, 2 Anak Buah Egianus Kogoya Tertembak

Operasi TNI yang paling membanggakan Indonesia ialah ketika berhasil membebaskan WNI kru kapal tanker MV Sinar Kudus dari tangan teroris sadis Somalia yang melakukan pembajakan dan penyanderaan.

Dalam operasi yang berlangsung pada tahun 2011 ini, TNI melakukan benar-benar dalam kerahasiaan sangat tinggi alias operasi senyap. Bagaimana tidak, jangan kan masyarakat biasa, tak semua prajurit TNI yang terlibat dalam operasi itu tahu apa yang akan dilakukan.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

VIVA Militer Selasa 25 Agustus 2020 ini akan menguak kisah operasi senyap TNI itu dari hasil wawancara yang disiarkan Pusat Penerangan TNI dengan salah satu jenderal yang dahulu memimpin langsung pembebasan para sandera dari tangan teroris Somalia. Dia adalah Komandan Detasemen Jala Mangkara alias Denjaka yang kini menjabat Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal Suhartono. Berikut kisahnya.

Saat itu sekitar bulan Maret 2011, TNI mendapatkan perintah untuk segera menggelar operasi senyap untuk membebaskan 20 WNI yang disandera kelompok teroris bersenjata di perairan Pulau Socotra yang terletak sekitar 350 mil laut tenggara Oman.

TNI Berduka, Letkol Marolop Meninggal Dunia 2 Hari Usai Serahkan Jabatan Komandan Kodim di Papua

Operasi ini bukan operasi biasa, sebab selain Denjaka, TNI juga mengerahkan pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan pasukan dari Angkatan Udara.

VIVA Militer: Denjaka Marinir TNI AL.

Menurut Suhartono, ketika itu tak ada yang tahu di mana tepatnya kapal bermuatan feronikel bernilai satu triliun rupiah itu disandera para teroris bersenjata.

"Kami dipanggil kepala staf Angkatan Laut dan Komandan Korps Marinir dan beliau baru dipanggil Panglima TNI dan Presiden, bahwa harus segera menyiapkan pasukan untuk berangkat ke Somalia," kata Suhartono.

Setelah itu operasi mulai digelar, TNI mulai menyiapkan armada perang untuk melaksanakan operasi senyap itu, satuan yang terlibat juga mulai menggelar latihan untuk menentukan taktis yang akan dipakai dalam operasi itu serta mengumpulkan data intelijen tentang medan operasi.

"Kita belum tahu posisi kapal ada di mana. Kapal ini memang sangat besar, tapi kapal sudah di laut, kita tidak tahu ada di mana karena laut begitu luas," kata Suhartono.

Satu pekan dibutuhkan TNI untuk mempersiapkan keberangkatan ke medan operasi. Dan semua dilakukan sangat rahasia. Karena jika gerakan operasi bocor maka keselamatan WNI yang disandera dipertaruhkan.

Untuk mengangkut pasukan, TNI mengerahkan KRI Halim Perdanakusuma dan KRI Yos Sudarso dengan berbekal peralatan tempur. Ketika itu kedua KRI berlayar dahulu tanpa membawa seorang pun pasukan Denjaka. KRI diberangkatkan untuk transit di sebuah pelabuhan di Srilanka.

Lalu, beberapa hari kemudian Denjaka baru diterbangkan menuju ke Srilanka menggunakan pesawat TNI AU. Yang paling hebatnya, meski memasuki negara orang, tapi gerakan Denjaka dari mulai mendarat di bandara hingga bertolak ke KRI dan diberangkatkan menuju Somalia, sama sekali tak diketahui pemerintah setempat.

Kemudian KRI menuju ke perairan Somalia sesuai arahan data rahasia intelijen. Namun, bukan berarti MV Sinar Kudus bisa ditemukan di perairan itu. Sebab MV Sinar Kudus sudah bergerak dari lokasi pembajakan awal.

"MV Sinar Kudus dipakai oleh para pembajak itu untuk membajak kapal-kapal lainnya. Kenapa memakai MV Sinar Kudus, karena kalau pakai kapal niaga tidak membuat curiga kapal-kapal lain yang akan dibajak," kata Suhartono.

VIVA Militer: Denjaka Marinir TNI AL.

Setelah mendapatkan data intelijen yang akurat, TNI mulai bergerak sesuai data itu. Tujuannya ternyata ke markas teroris pembajak paling sadis di dunia. Letaknya di daerah bernama El-Dhanan. Wilayah ini sangat sangar, jangankan TNI, militer negara asing dunia manapun kiranya sulit masuk ke daerah ini.

"Di El-Dhanan ada camp atau perkampungan perompak dengan kekuatan sekitar 1000 personel yang dilengkapi dengan persenjataan yang cukup bervariasi. Mereka punya senapan mesin, mereka punya senjata roket launcer itu, ada semuanya," kata Suhartono.

Meski begitu TNI tetap masuk ke wilayah itu, dan benar-benar mengerikan, saat itu saja ada 8 kapal dari negara lain yang juga sedang disandera perompak di satu camp. Sedangkan di daerah itu sangat banyak camp pembajak lainnya.

Dan ternyata MV Sinar Kudus tak ada di sana, karena sudah bergerak ke camp lain bernama camp El. "Dan di situlah kita melakukan aksi pembebasan itu," kata Suhartono.

Walau begitu ternyata tugas operasi senyap belum tuntas karena ternyata dari data intelijen data Task Force NATO disebutkan MV Sinar Kudus bakal kembali dibajak kelompok teroris lainnya, karena seperti itulah modus yang berlaku di sana.

Ternyata informasi itu benar, MV Sinar Kudus kembali berusaha diserang perompak, akhirnya Suhartono memimpin langsung tim Denjaka untuk mengadang perompak baru itu. Semua dalam kondisi yang sangat mengerikan, gelombang laut sangat besar.

Dan pertempuran pun terjadi, Suhartono dan dua prajurit Denjaka berhasil melumpuhkan para perompak dan berhasil membawa pulang MV Sinar Kudus ke tanah air.

Baca: Turki Yunani Siap Perang, TNI dan Jerman Patroli di Mediterania

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya