Kisah Jenderal TNI Lolos dari Penjara Jepang

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI R. Soeprapto
Sumber :

VIVA – Pada tahun 1941, Jenderal Soeprapto berhasil menyelesaikan pendidikannya di AMS. Tapi pada saat itu, Tanah Air diliputi ancaman perang sebagai dampak dari Perang Dunia II.

LIVE: Momen Bersejarah Raja Aibon Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak TNI ke Letkol Danu

Sehingga untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Hindia Belanda memanggil para pemuda Indonesia untuk ikut serta dalam pasukan militer. Tapi awalnya pasukan itu tidak disetujui oleh kalangan Pergerakan Nasional.

Karena tak jelas apa yang sesungguhnya harus dibela oleh para pemuda Indonesia. Apakah membantu kolonial atau bangsanya sendiri. Tapi pada saat yang bersamaan, ancaman fasisme Jepang juga membahayakan bangsa Indonesia.

Basis OPM Paro Nduga Lumpuh Digempur TNI, 2 Anak Buah Egianus Kogoya Tertembak

Berdasarkan pantauan VIVA Militer dari catatan sejarah Museum TNI Sabtu 29 Agustus 2020, banyak pemuda Indonesia yang memilih untuk memasuki pendidikan militer Belanda. Hal itu juga berlaku bagi Soeprapto. Pria kelahiran 1920 itu, kemudian masuk pendidikan militer Koninklijk Militaire Akademie (KMA) di Bandung.

Pendidikan militer yang ditempuhnya sempat tak terselesaikan, karena tepat bulan Maret 1942, pemerintah Belanda menyerahkan diri tanpa syarat kepada Jepang. Sehingga semua pasukan Belanda, menjadi tawanan Negeri Sakura itu.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

VIVA Militer: Letnan Jenderal TNI Soeprapto

Sebagai taruna akademi militer, Soeprapto termasuk menjadi tawanan Jepang. Tapi ia berhasil melarikan diri dari rumah tahanan dan memutuskan untuk kembali ke Purwokerto. Semasa pemerintahan Jepang, pria yang akrab disapa Prapto berusaha mendorong para pemuda Indonesia lainnya untuk membantu memperbaiki nasib bangsanya.

Karena saat itu, Prapto begitu tertarik dengan masalah-masalah sosial. Terutama yang berhubungan langsung dengan soal pemuda. Sejak saat itulah, ia mulai mengikuti kursus Cuo Seinen Kunrensyo (pusat Latihan Pemuda).

Setelah itu, ia bekerja di kantor Pendidikan Masyarakat Desa Banyumas di Purwokerto. Cita-cita yang pernah dituangkan dalam arti­kel Mijn ldeaal sedapat mungkin diterapkan dalam tugasnya sehari-hari.

Ketika bekerja di bidang sosial, Soeprapto berkenalan dengan seorang pemuda. Ternyata pemuda itu adalah sosok Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia, yaitu Soedirman.

Tapi saat itu Soedirman belum memangku jabatan setinggi itu, ia masih menjadi pemuda biasa sama seperti Soeprapto. Keduanya merasa cocok karena memiliki paham yang sama tentang bagaimana cara memajukan pemuda Indonesia.

Mereka juga aktif dalam mengikuti latihan-latihan pemuda seperti Keibodan, Seinendan, dan Suisyintai. Selama mengikuti latihan atau kini lebih dikenal sebagai organisasi, Prapto merasa cocok dengan kegiatan yang kerap dilakukan.

Selain itu, Soeprapto beserta dengan teman-teman pemuda seangkatannya, merasakan mendapat banyak manfaat dalam mengikuti latihan pemuda semasa pemerintahan Jepang. Karena dalam latihan yang mereka jalani, mental serta fisik Prapto ditempa dengan disiplin yang tinggi.

Baca: Kisah Jenderal TNI Berhati Lembut karena Ditempa Ilmu Islam

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya