Kisah Panglima Perang Laut TNI Membendung Jepang Gempur Jawa Barat

VIVA Militer: Laksamana Raden Eddy Martadinata
Sumber :

VIVA – Raden Eddy Martadinata lahir di Lengkong Besar, Bandung pada tanggal 29 Maret 1921. Ia menjalani masa kecilnya seperti anak-anak pada umumnya. Seperti bersekolah dan juga bermain-main.

Punya Kekuatan Perang Nabi Muhammad, Ini Rudal Iran yang Bikin Israel Ciut

Setelah menjalani kehidupan masa kecil dan menamatkan sekolah dasar, serta menengah di tahun 1941, Martadinata bercita-cita untuk menjadi seorang pelaut. Untuk bisa mewujudkan cita-citanya, Eddy masuk Sekolah Tinggi Pelayaran (STP) Jakarta. 

Berdasarkan catatan sejarah yang dikutip VIVA Militer dari Museum TNI Kamis 3 September 2020, Eddy bersama dengan dua temannya lulus dari sekolah pelayaran itu. Kemudian Eddy, M. Pardi, dan Adam diangkat menjadi guru tetap di sekolah itu pada tahun 1943.

19 Pati TNI Naik Pangkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Hanya bertahan satu tahun saja, pria yang akrab disapa Eddy ini memutuskan untuk berhenti menjadi guru. Itu dilakukannya karena ia mendapat kepercayaan untuk menjadi nahkoda kapal latih Dai 28 Sakura Maru, tepat pada tanggal 1 September 1944.

Diberikan kepercayaan sebagai pelatih, ia langsung membimbing para pemuda di atas kapal. Selain itu, Eddy yang juga menjabat sebagai komandan kapal menunjukkan disiplin serta semangat kerja yang tinggi. Karena semua itu sejalan dengan apa yang dicita-citakannya.

Tentara Amerika Ditemukan Meninggal Dunia di Karawang, Ini Kata Mabes TNI

Menjalani pekerjaan yang diinginkannya, ternyata berbuah manis. Saat menjabat sebagai komandan di kapal Dai 28 Sakura Maru, saat itulah ia menikah dengan gadis cantik bernama Sutijarsih.

VIVA Militer: Laksamana Raden Eddy Martadinata

Detik-detik menjelang dicetuskannya Proklamasi 17 Agustus 1945, para pelaut seperti Eddy dan beberapa temannya segera menggalang persatuan. Serta kekuatan untuk membantu memberikan kabar bahagia itu.

Ketika Badan Kemanan Rakyat (BKR) Laut Pusat Jakarta terbentuk pada tanggal 10 September 1945, Eddy Martadinata ditunjuk sebagai pimpinan BKR-Laut di Banten. Untuk pimpinan BKR-Laut Pusat, M. Pardi terpilih karena atas keputusan musyawarah bersama.

Kala itu Eddy mendapat tugas untuk membendung tentara Jepang ke Jawa Barat lewat laut. Ketika Serikat mendarat di Jakarta, R.E Martadinata memerintahkan agar kapal-kapal yang berada di pelabuhan Pasar Ikan dipindahkan ke Cirebon dan Lampung.

Saat lahirnya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945, secara otomatis organisasi BKR-Laut berubah nama pula menjadi TKR-Laut. Setahun berselang, tepatnya pada tanggal 25 Januari 1946 TKR-Laut berubah lagi menjadi TRI-Laut.

Hanya bertahan satu bulan saja, TRI-Laut berganti nama menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Saat itu M. Pardi yang berpangkat Laksamana III, menjabat sebagai kepala staf.

Sementara itu, Eddy yang masih menjadi seorang perwira memiliki keinginan yang sangat besar untuk membangun ALRI. Sehingga ia mengusulkan gagasan pendidikan profesional bagi ALRI. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya