Terkuak, Kopassus Cuma Butuh 169 Detik Habisi Teroris Pembajak Garuda

VIVA Militer: Kopassus
Sumber :

VIVA – Ada sebuah fakta yang tak pernah terungkap dalam peristiwa sejarah dunia penyanderaan Garuda Indonesia penerbangan 206, Woyla DC-9 di Bandar Udara Don Mueang Bangkok, Thailand, pada Maret 1981. Apa fakta itu itu?

Sepak Terjang Netzah Yehuda, Batalion Tempur Israel yang 'Digebuk' AS

Selama ini dalam berbagai kisah dan berita, pasukan Grup 1 Para-Komando dari Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) atau Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI disebutkan menghabiskan waktu selama tiga menit untuk membebaskan semua sandera sekaligus menumpas para penyandera.

Padahal, faktanya operasi pembebasan sandera dari tangan teroris itu cuma berlangsung kurang dari tiga menit saja lho.

Samson, Pemberontak OPM yang Serang Markas Koramil di Papua Tobat dan Serahkan Diri ke Prajurit TNI

Fakta itu diungkap langsung oleh komandan pasukan tim penyerbu, Letnan Kolonel (purnawirawan) Untung Suroso.

Dalam wawancara khusus yang dikutip VIVA Militer dari TNI, Minggu 6 September 2020, Suroso mengisahkan, dari mulai aba-aba penyerbuan ke dalam pesawat, hingga dia melaporkan kepada komandannya tentang keberhasilan penyerbuan, waktu dibutuhkan pasukan komando benar-benar sangat mengejutkan.

Uji Kesiapan Operasi, Prajurit Puspenerbal TNI AL Gelar Latihan Terbang Malam

"Dari mulai satu, dua, serbuuu. Saya melihat itu, sampai saya laporan itu dua menit, 49 detik (169 detik). Saya melihat, ini benar apa? kalau begitu saya juara dunia dong?," ujar Letkol Suroso.

VIVA Militer: Letkol Untung Suroso.

Menurutnya, alat ukur waktu yang dipakai dalam operasi itu bukan sembarang alat. Tapi alat pengukur waktu yang memang didatangkan langsung dari Amerika. Alat itu dipasang di pingganngnya.

"Saya pakai stopwatch, bukan jam tangan. Memang sudah spesial perlengkapan dari Amerika," kata dia.  

Letkol Suroso mengisahkan, dalam operasi penyergapan yang terkenal dengan nama Operasi Woyla, dia hanya membawa enam anak buahnya. Jadi saat melakukan penyerbuan ke dalam pesawat, total hanya dilakukan tujuh prajurit Kopassus saja.

"Personel hanya enam, bertujuh dengan saya. Masing-masing dibagi dua 2 di pintu depan dekat pilot, dua dekat sayap mengarah ke tengah, dua di belakang. Saya berdiri di samping pintu depan," kata beliau.

Operasi Woyla disebut-sebut sebagai operasi pembebasan sandera dari tangan teroris tersukses dan terkilat di dunia. Sebab, dalam operasi itu Kopassus berhasil menyelamatkan semua penumpang.

Memang, ada korban jiwa dalam penyerbuan itu, yakni sang pilot pesawat yaitu Kapten Herman Rante tewas ditembak penyandera. Dan satu personel Kopassus bernama Achmad Kirang gugur akibat tertembak senjata teroris di bagian perut.

VIVA Militer: Kopassus

Untuk diketahui, pesawat itu dibajak 5 kelompok teroris dari Komando Jihad ketika dalam penerbangan dari Pelabuhan Udara Sipil Talang Betutu, Palembang, Sumatera Selatan menuju Bandara Polonia Medan.

Saat baru lepas landas pelaku langsung melakukan pembajakan, dengan membawa senjata mereka menguasai pesawat. Awalnya para teroris memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat menuju Kolombo, Sri Lanka. Namun karena keterbatasan bahan bakar akhirnya penerbangan dialihkan ke Bandara Penang di Malaysia, untuk pengisian bahan bakar. Setelah itu pesawat kembali terbang ke Thailand.

Total selama empat hari pembajakan itu berlangsung. Di dalam pesawat ada 57 penumpang. Semuanya selamat dan hanya dua orang cidera ringan.

Sementara itu, empat dari lima teroris meregang nyawa. Tiga tewas dalam penyerbuan dan satu tewas dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Dan otak pembajakan itu yaitu, Imran bin Muhammad Zein ditangkap hidup-hidup hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Baca: Eropa Memanas, Turki Kerahkan Puluhan Tank ke Perbatasan Yunani

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya