Siapa Sangka 32 Tahun Kemudian Anak Petani Ini Jadi Panglima TNI

VIVA Militer: Akmil 1981.
Sumber :

VIVA – Jika melihat foto hitam putih remaja laki-laki ini, mungkin pembaca setia VIVA Militer tak bakal mampu mengenalinya. Kecuali memang mereka yang sudah dekat dengan pria ini sejak saat dia belia atau teman mainnya.

TNI Pasti Profesional Tangani Kasus Oknum Diduga Aniaya Anggota KKB Papua

Tahukah Anda, pada tahun 1980-an, pria ini hanyalah seorang remaja anak petani asal Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jawa Timur.

Lalu, pria kelahiran 1957 ini, masuk ke Akademi Militer. Dan hebatnya, dia meraih penghargaan Adhi Makayasa Tri Sakti Wiratama alias lulusan terbaik Akmil di tahun 1981.

Israel Gempur RS Al-Shifa Gaza, 200 Warga Palestina Tewas

Dan siapa sangka, 32 tahun kemudian, tepatnya pada 30 Agustus 2013, dilantik menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia. Dan di pundaknya tersandang 4 bintang emas. Ya dialah Jenderal TNI">TNI Moeldoko.

Foto itu remaja itu didapatkan Moeldoko belum lama ini, kata beliau didapatkan dari pemberian seorang temannya dahulu.

29 Pati TNI Naik Pangkat Satu Tingkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Menurutnya, ketika masih menjadi remaja di dalam foto itu, dia tak pernah menyangka kelak bisa menjadi orang nomor satu di tubuh angkatan bersenjata Indonesia. Apalagi dengan pangkat Jenderal penuh.

"Seorang kawan mengirimkan foto lama, saat saya wisuda Akmil tahun 1981. Sebagai remaja yang lahir dan besar dari keluarga petani, lulus akademi militer saja sudah menjadi kebanggaan besar bagi saya. Menjadi Panglima TNI merupakan cita-cita hampir semua lulusan Akmil," kata Jenderal Moeldoko dalam tulisannya.

Moeldoko menuturkan, semua itu diraih bukan dengan cara mudah, dibutuhkan kerja keras, belajar tiada henti dan tentunya disiplin yang tinggi. "Dari situ saya percaya bahwa cita-cita itu harus diperjuangkan. Yakinlah," tulisnya.

Selepas menamatkan pendidikan di Akmil, Moeldoko dipercaya menjadi komando pleton di salah satu kesatuan elit infanteri TNI. Yakni Batalyon Infanteri Lintas Udara 700/Wira Yudha Chakti milik Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin.

Dari situ karier militernya terus menanjak seiring banyaknya penugasan dan operasi yang dijalani, mulai dari  Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Selain itu, dia juga mendapat kesempatan untuk bertugas di beberapa negara seperti Selandia Baru, Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada.

Pada 2008, untuk pertama kali bintang emas melekat di pundaknya, dia mendapatkan kenaikan pangkat sebagai Brigadir Jenderal dan dipercaya menjabat Kepala Staf Kodam Jaya.

Dua tahun berselang, di tahun 2010, dia kembali mendapatkan tambahan satu bintang emas lagi, menjadi Mayor Jenderal dan hebatnya dalam satu tahun dia dipercaya memegang 3 tongkat komando secara bergantian mulai dari Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad ke-32.

Lalu menjadi Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura ke-1. Dan Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi ke-30.

Setelah itu, setahun kemudian Moeldoko mendapatkan kenaikan pangkat lagi, bintang emasnya jadi berjejer tiga alias Letnan Jenderal. Dan ditugaskan menjabat Wakil Gubernur Lemhannas.

Dan akhirnya pada 2013, kariernya meleset, setelah menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Moeldoko menggantikan Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat atau KSAD, tak cuma itu, dia pun naik pangkat menjadi Jenderal TNI. Berselang tiga bulan, Jenderal TNI Moeldoko dilantik menjadi Panglima TNI menggantikan Laksamana TNI Agus Suhartono.

Pada 2015 dia pensiun, dan kini saat foto jadul itu diperolehnya, Jenderal TNI (purnawirawan) Moeldoko bertugas di Istana Negara. Dia dipercaya Presiden Joko Widodo menjabat Kepala Staf Kepresidenan Indonesia yang ketiga sejak 2018.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya