Kisah Tukang Cuci Mobil Truk Jadi Jenderal Perang TNI Angkatan Darat

VIVA Militer: Asops Kas Kostrad, Brigjen TNI Susilo
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Perjuangan berat harus dilewati Brigjen TNI Susilo sebelum bisa menjadi Perwira Tinggi (Pati) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Salah satu yang sangat inspiratif adalah bagaimana bakti Susilo kepada kedua orang tuanya, terutama terhadap sang ibu.

Luar Biasa, Prajurit TNI Ini Rela Rugi Rp20 Juta Sebulan Demi Tolong Petani Singkong yang Menderita

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi TNI Angkatan Darat, Susilo baru saja pecah bintang. Jebolan Akademi Militer (Akmil) 1993 itu naik pangkat setelah percaya menduduki jabatan baru sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Aspos Kas Kostrad).

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 051/Wijayakarta, harus menempuh perjalanan panjang dan sangat berat sebelum bisa meraih kesuksesan di karier militernya. Susilo menceritakan, bagaimana ia sempat putus asa untuk bisa berkuliah hingga akhirnya masuk Akmil pada 1989.

Merinding, Isi Pesan Terakhir Raja Aibon ke Pasukan Tengkorak Sebelum Tinggalkan Kostrad TNI

"Waktu SMA kelas 3 itu, saya pernah merenung. Dengan melihat kondisi keluarga saya, saya enggak mungkin kuliah. Karena, saya enggak mau membebani orang tua saya," ucap Susilo.

Saat masih muda, Susilo sebagai anak lelaki sulung harus menghadapi situasi kesulitan biaya dan punya keinginan besar membantu kedua orang tuanya. Mengharukan, Susilo bahkan harus bekerja sebagai tukang cuci mobil truk di daerah Binangun, Rembang, Jawa Tengah.

Respons Albertina Ho Usai Dilaporkan ke Dewas oleh Pimpinan KPK

Pekerjaan berat harus dilakukan Susilo muda, hanya untuk membantu kedua orang tuanya setiap hari. Bahkan, Susilo ikhlas mencuci truk pada malam hari.

"Ibu saya enggak pernah mengeluh. Dengan anak yang masih kecil-kecil saya SMA paling besar saya pernah mengalaminya. Makanya saya sering cerita kepada anak-anak dan keponakan saya. Sekarang sudah enak, dulu kami merasakan bagaimana makan nasi jagung," kata Susilo melanjutkan.

"Saya sebagai anak laki-laki pertama, saat itu sekolah kadang-kadang masuk kadang-kadang enggak. Ibu saya tidak tahu, saya ingin membantu ibu saya. Di daerah saya itu kan ada truk yang berhenti, saya ikut sama anak-anak untuk mencuci mobil, kadang-kadang malam," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya