Jenderal Kopassus TNI Pemburu Teroris Poso Jadi Direktur di Pusterad

VIVA Militer: Brigjen TNI FM.
Sumber :

VIVA – Ada kabar baik dari militer Tentara Nasional Indonesia (TNI), jenderal berdarah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang berhasil melumpuhkan kelompok teroris bersenjata Poso, dipromosikan untuk naik jabatan.

Asyik Lawan Arah, Bus Pandawa 87 Diadang Kopassus

Beliau adalah Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf. Komandan Komando Resor Militer (Korem) 132/Tadulako.

Berdasarkan informasi yang didapatkan VIVA Militer, Selasa 23 November sesuai surat keputusan Panglima TNI, Brigjen TNI Farid  dipromosikan untuk mengisi kursi jabatan sebagai Direktur Pendidikan dan Latihan di Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad).

Alasan Pengemudi Fortuner Arogan Palsukan Pelat TNI Jalani Pemeriksaan Psikologi

Brigjen Farid mengisi jabatan itu karena Dirdiklat Pusterad sebelumnya, yaitu Brigjen TNI Bahman dipindah tugas untuk menjabat sebagai Perwira Staf Ahli Tk III KSAD Bidang Pengawasan Khusus dan LH.

Sementara itu, tongkat komando Komandan Korem 132/Tadulako diserahkan terimakan dari Brigjen TNI Farid kepada Wakil Asisten Teritorial KSAD Bidang Tahwil Komsos dan Bakti TNI, Brigjen TNI Toto Irwanto.

Pengemudi Mobil Fortuner Arogan Palsukan Pelat TNI Terancam 6 Tahun Bui

VIVA Militer: Brigjen TNI FM

Photo :

Jenderal TNI jebolan Akademi Militer (Akmil) 1991 itu diketahui mulai menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako pada 9 April 2020 menggantikan Kolonel Infanteri Agus Sasmita.

Sejak menjabat Danrem 132/Tadulako, Brigjen TNI Farid memiliki jejak rekam yang luar biasa. Di era kepemimpinannya TNI berhasil melumpuhkan gembong teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora.

Gembong teroris musuh besar Detasemen Khusus 88 Polri itu meregang nyawa di tangan prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya 2021 pada 18 September 2021.

Sebagai catatan, kelompok MIT ini sangat ganas. Sejak masih dipimpin Santoso, sudah lebih setengah lusin anggota polisi mati di tangan kelompok teroris. Tercatat ada 8 polisi tewas.

Anggota polisi yang pertama kali menjadi korban kelompok Santoso ialah dua personel Polsek Poso Pesisir Selatan, yaitu Briptu Andi Sapa dari tim Buser dan Kepala Unit Intelkam, Brigadir Sudirman. Keduanya dibunuh dengan cara yang tak manusiawi, leher mereka digorok, tangan mereka diikat dan jenazah mereka dipendam ke dalam lumpur di hutan wilayah Gunung Biru. Keduanya dibunuh dengan disiksa terlebih dahulu.

VIVA Militer: Brigjen TNI FM.

Photo :
  • Korem 132/Tadulako

Sebelum dibunuh, mereka diculik. Keduanya diculik saat ketahuan melakukan penyelidikan atas laporan tentang adanya latihan militer di wilayah tersebut. Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman diculik pada 8 Oktober 2012, dan jenazah mereka baru ditemukan delapan hari kemudian.

Dua bulan berselang, tepatnya 20 Desember 2012, Santoso kembali beraksi, mereka menyergap patroli kepolisian, tak tanggung-tanggung empat anggota Brigade Mobil (Brimob) Polri dibantai dalam sebuah kontak senjata di Desa Kalora, Tambarana. Empat anggota Brimob itu tewas kondisi parah, semuanya tewas diterjang peluru.

Dua Brimob tertembak di kepala, dua lainnya tertembak di dada dan leher. Meski sudah banyak anggotanya yang tewas, kepolisian terus berusaha menembus hutan Poso untuk bisa menghancurkan Santoso dan kelompoknya.

Sayangnya, tahun demi tahun tak juga polisi mampu mewujudkan impiannya. Polisi hanya bisa menangkapi dan melumpuhkan kelompok Santoso yang berada di kota melalui operasi Detasemen Khusus 88. Malah di tahun-tahun berikutnya, Brimob harus kehilangan anggotanya di hutan Poso.

VIVA Militer: Brigjen FM berbicara dengan masyarakat.

Photo :
  • Korem 132/Tadulako

Pada 6 Februari 2014, anggota Brimob Polda Sulteng bernama Bharada Putu Satria Wibawa, tewas dalam baku tembak di Desa Taunca, Poso Pesisir Selatan. Lalu pada Agustus 2015, kelompok Santoso melenyapkan nyawa perwira Brimob. Korban bernama AKP Bryan Theopani Tatontos tewas dalam baku tembak di Pegunungan Langka Poso, Desa Kilo, Poso.

Bahkan, karena polisi tak juga bisa menjangkau Santoso, gembong teroris itu semakin congkak, Santoso cs kemudian malah menantang polisi dan Densus 88 untuk berperang terbuka di hutan Poso. Akhirnya pada 10 Januari 2016, TNI dilibatkan memburu Santoso bersama kepolisian dalam sebuah operasi bernama Operasi Tinombala.

Dalam operasi itu, TNI mengerahkan pasukan dari Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Korps Marinir, Pasukan Raider dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah TNI dilibatkan, barulah petualangan Santoso dan Ali Kalora sebagai teroris paling dicari di Indonesia hingga dunia bisa diakhiri dengan kematiannya.

Catatan redaksi VIVA Militer:

Mohon maaf pembaca setia, karena ada permintaan khusus dari Penerangan Korem 132/Tadulako, Lettu CHB Risman, artikel ini telah dilakukan koreksi pada judul dan beberapa kata pada isi berita.

Judul semula dari artikel ini adalah,’Jenderal Kopassus TNI Pemburu Penggorok 2 Intel Polisi Jadi Direktur ‘.

Meski dilakukan koreksi. Namun secara kesuluruhan tidak mengubah inti dari informasi yang disiarkan .

VIVA Militer secara khusus juga memohon maaf kepada Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf dan jajaran Korem 132/Tadulako atas pemberitaan ini.

Terima kasih.

Baca: Kabar Duka, Kolonel Hisham Meninggal Dunia di Washington

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya