Mencekam, Operasi Penyelamatan 19 Jam TNI di Laut Poros Dunia

VIVA Militer: Prajurit TNI lakukan penyelamatan.
Sumber :
  • Koarmada I

VIVA – Jumat dinihari, 31 Desember 2021, akhirnya kapal kayu pengangkut ratusan pengungsi etnis Rohingya berhasil diselamatkan militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari ganasnya gelombang lautan poros bisnis dunia, Selat Malaka.

Roadmap Repatriasi Hak Militer Sumber Daya Pertahanan Negara

Berdasarkan siaran resmi Komando Armada (Koarmada) I dilansir VIVA Militer, kapal kayu itu berhasil ditarik dari tengah Selat Malaka menuju dermaga di Pelabuhan Kreung Geukeuh, Lhokseumawe, Aceh.

"Ratusan pengungsi Rohingnya yang didominasi oleh perempuan dan anak-anak akhirnya berhasil dievakuasi dan diselamatkan setelah kapal yang mereka tumpangi merapat di dermaga," tulis Koarmada I TNI Angkatan Laut.

TNI Pemersatu Anak Bangsa Demi Kemajuan Indonesia

Upaya penyelamatan ratusan pengungsi pencari suaka itu berlangsung sangat mencekam, sebab kapal kayu yang ditumpangi pengungsi dalam kondisi rusak parah, mesinnya mati total.

VIVA Militer: Prajurit TNI lakukan penyelamatan.

Photo :
  • Koarmada I
Danlantamal III Lantik Kolonel Widyo Jadi Komandan Lanal Palembang

Menghadapi situasi itu, untuk menembus lokasi dan melakukan penyelamatan, TNI Angkatan Laut mengerahkan Kapal Perang KRI Parang-647. Koarmada I menyatakan, kapal perang TNI membutuhkan waktu selama 19 jam untuk bisa menarik kapal kayu itu ke dermaga.

Operasi penyelamatan dilakukan prajurit-prajurit TNI tak main-main. TNI melaksanakan operasi dengan kekuatan penuh. Sebab tak cuma kapal perang yang dikerahkan, TNI juga menerbangkan pesawat CN 235 MPA Pati 8305 BKO Guskamla.

Karena kondisi pengungsi yang mengkhawatirkan, kehabisan makanan dan kelaparan setelah hampir sebulan terombang-ambing di lautan. Dukungan logistik berupa makanan dan minuman juga tak henti disuplai TNI melalui Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Lhokseumawe dengan mengerahkan Kapal TNI AL Kal Bireun.

Perlu diketahui, Rohingya dijuluki sebagai etnis minoritas paling teraniaya  di dunia. Sebab, mereka harus berlayar beribu-ribu mil agar dapat terhindar dari tindak kekerasan yang terjadi di Myanmar.

Baca: Ngamuk Bawa Golok, Ini Sosok Preman Pengeroyok Prajurit TNI

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya