Miris, Ternyata 3 Kucing yang Ditembak Mati Jenderal TNI Sedang Hamil
VIVA – Akhirnya misteri bangkai-bangkai kucing yang ditemukan di sekitar Sekolah Staf dan Komando (Sesko) militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) terbongkar.
Ternyata pelakunya yang menyebabkan kucing itu mati adalah seorang perwira tinggi TNI berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) berinisial NA.
Berdasarkan siaran resmi Pusat Penerangan TNI dilansir VIVA Militer, Kamis 18 Agustus 2022, Brigjen NA menembak ekor kucing dengan menggunakan senapan angin miliknya sehari sebelum bangkai kucing ditemukan pegiat lingkungan peduli anjing dan kucing liar, Rumah Singgah Clow Bandung.
Jadi menurut keterangan Puspen TNI, pelaku yaitu Brigjen TNI NA sudah mengakui perbuatannya. Dengan alasan demi menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat tinggal dan tempat makan Perwira Siswa Sesko TNI dari kucing liar.
Kucing yang ditembak Brigjen TNI NA itu berjumlah lima ekor. Menurut keterangan yang disiarkan Rumah Singgah Clow melalui jejaring media sosialnya, dari lima ekor kucing itu, tiga ditemukan mati dan dua masih hidup dalam kondisi terluka tertembak.
Yang mirisnya, dari tiga kucing yang mati itu, semuanya ternyata kucing betina dan saat ditemukan sudah jadi bangkai, ketiga kucing dalam kondisi hamil.
'Kucing kucing Banyak mati di Tembak, terjadi di Sesko TNI Martanegara, Bandung. 3 Kucing Kondisi Hamil, dan 2 kucing masih Hidup dengan bagian mata Hancur. Kemana Kami harus mengadu ?' tulis Rumah Singgah Clow.
Sementara itu, walau mengaku menembaki kucing liar tidak atas dasar kebencian terhadap kucing. Namun, TNI bersikap tegas. Brigjen TNI NA akan tetap diproses hukum sesuai dengan Pasal 66 UU nomor 18 tahun 2009 (tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan) dan Pasal 66A, Pasal 91B UU nomor 41 tahun 2014 (tentang Perubahan Atas Undang Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan).
Baca: Panglima TNI Bongkar Kasus Bangkai Kucing, Ternyata Ditembaki Jenderal
Operasi Perdamaian Dunia, Mabes TNI Akan Kirim 1.025 Prajurit Pilihan ke Kongo
Mereka akan menjalani operasi selama satu tahun di Republik Demokratik Kongo
