Gerakan Pungut Sampah Komunitas Galur Bandung

dok pribadi Komunitas Galur Bandung
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Pagi itu sinar matahari sudah menyapa hari, namun membuat orang malas beranjak dari tempat tidur karena pagi itu hari Minggu. Akan tetapi, hari Minggu menjadi hari yang paling ditunggu oleh saya dan teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Galur Bandung. Setiap hari Minggu pagi kami melakukan kegiatan di Alun-alun Ujungberung, yaitu #GerakanPungutSampah, salah satu program pemerintah kota yang sedang booming di Bandung.

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Kami masih menunggu satu personil lagi yang biasanya membawa serta pasukan ciliknya. Walaupun saat itu banyak orang, tapi tidaklah sulit melihat keberadaan kami karena kaos hijau terang yang dipakai oleh kami sebagai atribut komunitas. Tidak lama seorang pria yang sudah kami tunggu datang dari arah gerbang masuk sambil diikuti oleh dua orang anaknya. "Maaf nunggu lama, biasa anak-anak mah suka susah bangunnya," sapa seorang pria tadi yang biasa dipanggil Kang Ade.

Saya mulai mengeluarkan isi dari dalam tas yang berisi beberapa sarung tangan dan beberapa kantong plastik ukuran besar bekas belanjaan dari supermarket sebagai perlengkapan kali ini. Biasanya kami memakai kantong sampah hitam ukuran sedang, tetapi karena persediaan habis jadi saya mengambil beberapa kresek dari rumah. Karena rumah saya dekat dengan Alun-alun Ujungberung jadi semua perlengkapan #GPS harus dibawa oleh saya.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Ketika semua sudah siap memakai sarung tangan dan memegang kantong plastik besar, tanpa basa-basi lagi saya dan teman mulai memunguti sampah yang berserakan di daerah lantai berkeramik warna-warni. Sedangkan Kang Ade dan pasukan ciliknya mulai memungut sampah di bagian lantai keramik warna-warni dekat gerbang masuk utama. Teman saya yang lain, Diki, berjalan ke bagian Ampiteater.

Saat ini kami masih terus melakukan kegiatan #GerakanPungutSampah di Alun-Alun Ujungberung yang terletak di Bandung bagian timur. Salah satu alasan kami melakukan #GerakanPungutSampah di Alun-Alun Ujungberung karena mayoritas dari kami berdomisili di Bandung bagian timur. Selain itu juga, kami ingin seluruh masyarakat Bandung timur untuk menjaga kebersihan ruang publik utama mereka, yaitu Alun-Alun Ujungberung.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Saat #GerakanPungutSampah berlangsung, kami membagi Alun-alun Ujungberung menjadi lima bagian. Bagian pertama yaitu lantai warna-warni dekat gerbang masuk sebelah barat, tepatnya tempat kami berkumpul tadi. Bagian kedua yaitu undakan tangga sekaligus tempat duduk yang berseberangan dengan Kantor Kecamatan Ujungberung. Bagian ketiga yaitu Ampiteater. Bagian keempat yaitu arena bermain anak dan taman batu refleksi. Bagian terakhir yaitu lantai keramik warna-warni dekat gerbang utama.

Saat itu jumlah kami delapan orang. Lima orang dewasa dan tiga orang anak kecil. Luas Alun-alun Ujungberung lebih kecil dari Alun-alun Bandung, tetapi sampah-sampah yang berserakan di sini banyak sekali. Walaupun jumlah personil sedikit, tapi tidak menyurutkan semangat kami untuk terus memunguti sampah yang mengganggu keindahan dan kenyamanan Alun-alun Ujungberung. Bagian lantai warna-warni sudah bersih, selanjutnya saya dan teman ke bagian undakan tangga.

Tidak sedikit sampah yang kami punguti di sini karena bagian ini paling teduh dan paling sering dijadikan tempat berkumpul. Walaupun sudah disediakan tempat sampah entah kenapa masih saja banyak sampah di mana-mana. Apakah tempat sampahnya harus dibuat lebih besar agar terlihat?

Sinar matahari semakin tinggi dan Alun-alun Ujungberung semakin ramai didatangi pengunjung. Ada yang senam, olahraga, bermain engrang, atau sekedar mengobrol. Akan tetapi belum ada yang tergerak ikut memungut sampah dengan kami padahal sampah yang berserakan masih banyak.

Sampailah saya di bagian Ampiteater. Saya bertemu dengan Diki yang masih memunguti sampah di sela-sela tanaman. Bagian Ampiteater adalah bagian yang paling banyak sampah. Sampah bungkus makanan, minuman, bungkus rokok dan puntung rokok, serta kulit kacang yang berceceran di mana-mana. Untuk di bagian ini kami bukan lagi memunguti sampah satu persatu tapi harus membersihkannya. Mungkin suatu hari nanti barang perlengkapan kami harus ditambah dengan beberapa buah sapu.

Selain itu bukan hal yang mengejutkan untuk kami ketika menemukan beberapa bungkus obat warung dan obat batuk sachet dengan jumlah yang banyak. Beberapa minggu yang lalu pun kami pernah menemukan beberapa botol bekas minuman keras di Ampiteater. Padahal saat itu banyak warga yang melakukan kegiatan di Ampiteater bersama keluarganya. Apakah pantas jika beberapa botol bekas minuman keras tergeletak begitu saja di ruang publik yang banyak dikunjungi warga dari berbagai kalangan? Padahal lokasi Alun-alun Ujungberung tepat bersebrangan dengan Kantor Kecamatan Ujungberung.

Matahari semakin tinggi tepatnya pukul 08.00, tapi sinarnya begitu menyengat. Selesai di bagian Ampiteater kami melanjutkan ke bagian arena bermain anak dan taman batu refleksi. Di bagian ini pun tidak berbeda dengan bagian lainnya, banyak sampah yang disimpan di sela-sela tanaman. Padahal jelas-jelas terlihat ada sepasang tempat sampah di dekat sini.

#GerakanPungutSampah kami kali ini mendapatkan beberapa kantong kresek besar dengan isi yang penuh dengan sampah plastik bekas bungkus makanan, gelas plastik bekas, dan jumlah puntung rokok yang tak bisa kami hitung karena saking banyaknya. Saat ini kami belum bisa memilah-milah sampah plastik karena masih terbatasnya jumlah personil. Jadi kami hanya menumpuk kantong-kantong tersebut di dekat tempat sampah yang nantinya akan diambil oleh pihak kebersihan.

Saya masih belum mengerti kenapa beberapa orang belum memiliki kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya. Saya kagum ketika Kang Ade membawa serta dua anaknya untuk ikut kegiatan ini walaupun #GPS nya hanya sebentar. Setidaknya mulai mengenalkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu, Komunitas Galur Bandung akan selalu mengajak masyarakat agar turut menjaga kebersihan dan kenyamanan Alun-alun Ujungberung. Kami tidak dapat memberi apa-apa untuk Bandung lalu kenapa kita tidak turut serta dalam menjaganya? (Cerita ini dikirim oleh Windsmiaw, Bandung)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya