Lika-liku Perjalanan Hidupku

M. Irfan
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Hi guys, nama lengkapku Mohamad Irfan Khoerulloh, biasa dipanggil Irfan. Tetapi mayoritas teman-temanku panggil aku dengan sebutan Madam, masih muda dan single, hehehe.

Berasal dari sebuah perkampungan di Kabupaten Bandung, tepatnya di Kp. Ciburial RT. 03, RW. 10, Desa Alamendah, Kec. Rancabali, dan tepat pada hari Kamis, 4 juli 1996 aku dilahirkan. Nunung Nuriah dan Edih Rudiansyah adalah orang tuaku yang begitu besar jasanya dalam membimbing, memelihara, dan menjagaku sampai saat ini.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Di samping itu juga ada tiga saudaraku yang selalu menemaniku yaitu, Irma Marliah kakak pertamaku, Sri Safitri Kakak keduaku, aku sendiri sebagai anak ketiga, dan si bungsu Ilhamurofi Rizalusani. Sayangnya, adikku itu telah dipanggil oleh Allah SWT ketika aku berumur tiga tahun dan umur dia selisih satu tahun dibawahku.

Aku lahir dari kalangan orang yang terpandang secara agama. Orang tuaku adalah seorang guru pengajian, ayah bekerja sebagai buruh tani dan wiraswasta, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Tetapi Alhamdulillah untuk kebutuhan keluargaku sehari-hari selalu cukup dan tidak pernah kurang. Kedua kakakku telah berumah tangga, sehingga tinggal aku satu-satunya harapan untuk bisa mewujudkan impian mereka. Walaupun beban bagiku, tapi ini merupakan suatu tanggung jawab dan sebagai pembalasan jasa atas apa yang telah mereka berikan padaku selama ini.

Sejak kecil, aku selalu bermain dengan perempuan. Tahu kan kalau adik laki-lakiku telah meninggal dunia. So, aku sering merasa sendirian. Karena itulah sifat itu masih melekat sampai sekarang (agak cucok). Dan teman laki-laki yang lainnya entah kenapa enggan untuk bermain denganku. Dulu aku merasa sakit hati, tetapi sekarang sudah tidak lagi karena itu sudah menjadi hal yang biasa (sudah kebal).

Sejak berumur tujuh tahun aku mulai menginjakan kakiku di bangku sekolah dasar dengan modal bisa membaca Alquran dan bisa membaca tulisan latin. Hal itu menjadikanku percaya diri. Sebenarnya aku tidak pernah belajar di taman kanak-kanak,  tetapi ibuku selalu membantuku dalam belajar membaca dan menulis sebelum masuk SD.

Lumayan jauh dari tempat tinggalku, SDN Barutunggul II ialah sekolah yang membuatku mengenal apa itu belajar, dan apa itu bekerjasama. Di sana aku belajar dan bermain sama halnya dengan anak-anak sekolah dasar masa kini. Prestasi yang pernah kuraih ketika itu menjuarai lomba busana muslim sebagai juara ke-1 dan lomba adzan sebagai juara ke-2, dan tidak lepas dari kandidat 3 besar dengan nilai raport tertinggi di kelas.

Tidak disangka, baru saja naik ke kelas empat SD, aku sudah mulai membuat masalah di sekolah. Seperti berantem dengan teman, jarang sekolah, dll. Itu semua karena mereka tak suka dengan sikapku yang mirip dengan perempuan. Ketika aku masuk kelas, bangku dan meja belajarku di taburi tanah, selain itu suara ocehan dan hinaan menggangu telingaku. TIDAK BETAH!! mungkin ini juga salahku dan sifatku yang egois.

Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk pindah sekolah ke SDN Babakan Jampang II yang tidak terlalu jauh dengan rumahku.  Di samping aku sekolah, sepulangnya aku mengikuti Sekolah Diniyah untuk belajar ilmu agama, seperti fiqih, tarikh, tauhid, dll. Aku sekolah Diniyah sampai pukul 17.00 setelah itu pulang ke rumah dan istirahat.

SDN Babakan Jampang II adalah sekolah yang nyaman menurutku, karena banyak sekali teman sekampungku yang satu kelas denganku di sana. Sebagai seorang siswa pindahan ternyata tidak selalu berjalan dengan baik. Sifat jahil dan nakalku yang ke kanak-kanakan itu masih ada, tetapi mereka belum mengetahui semuanya.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Kelas empat SD di sanalah dimulai cerita unforgetable moment, karena waktu itu adalah waktu aku mulai mengalami rasa yang berbeda, rasa yang selalu menghantuiku. Ya, itulah cinta. Cinta pertama itu tertuju pada wanita cantik di kelasku yaitu Dea Nuranisa. Parasnya yang cantik dan senyumannya yang manis bisa memikat hati dan perasaanku menjadi luluh, akan tetapi ia mempunyai kekurangan, yaitu akhlaknya kurang baik dan hubungan kita pun tidak terkalu lama, hanya sekitar dua minggu aku menjalani hubungan dengannya.

Aneh, tak pernah keluar dari tiga besar di sekolah dulu, tetapi aku seperti tidak bisa apa-apa di sekolahku yang baru. Bahkan teman-temanku mencelaku dengan sebutan si bodoh, tidak akan naik kelas. Di sana kepercayaan diriku mulai tergoyahkan. Aku berdoa kepada Allah untuk dikuatkan, dicerdaskan kembali, dan dimudahkan untuk mengisi soal, karena mau UKK.

Ketika pembagian raport semester genap, aku pesimistis. Tetapi ketika pengeras suara itu menyebut namaku sebagai peringkat ketiga di kelas, aku sangat tidak percaya, bahkan teman-temanku juga. Itu mustahil mereka bilang.  Alhamdulillah, aku percaya akan keajaiban itu. Kemudian aku mulai bangkit kembali, walaupun aku mempunyai kekurangan secara sifat tetapi aku harus punya kelebihan yaitu harus lebih pintar daripada teman-temanku yang lainnya.

Tiga tahun sudah kulalui di sekolahku hingga mendapat predikat lulus. Kujadikan itu sebagai kesuksesan kedua karena yang pertamanya adalah teman-temanku mulai bisa menerima kekuranganku dan mereka berubah menjadi baik kepadaku.

Next School, to MTs Alif Al-ittifaq. Sekolah ini adalah gerbang awal menuju langkah pengembaraanku untuk menjadi lebih baik lagi. Tidak dipungkiri lagi, kerja kerasku selama tiga tahun membawakan hasil yang positif. Aku tak pernah turun dari peringkat ke-1 selama tiga tahun berturut-turut. Menjadi wakil ketua OSIS dan sebagai pradana pramuka membuatku jadi lebih eksis dan lebih tertarik lagi untuk terjun di dunia organisasi yang bisa menumbuhkan rasa kepemimpinanku.

Bukan berarti pengalamanku di MTs itu berjalan mulus, NO..NO..!! aku juga pernah mengalami yang namanya galau dalam bercinta baik itu putus cinta maupun ditolak. Aku juga pernah buat masalah yang lebih besar di sekolah, yaitu menghina guru TIK di akun facebookku, maklum aku masih orang desa dan tidak terlalu mengetahui IT.

Ketika itu, aku hampir dikeluarkan atas peyimpangan yang aku lakukan, untungnya aku meminta maaf atas kesalahannku dan tidak jadi deh, hehehe. Selain prestasi di sekolah aku juga meraih prestasi di luar sekolah, yaitu menjuarai kontes Speech English tingkat Kabupaten dan gugur di tingkat provinsi. Kontribusi bagi sekolah ada dan kebanggaan seorang orangtua pun terasa. Akhirnya selama tiga tahun aku sekolah di MTs Alif, tak ada kata penyesalan yang ada hanya naik satu tangga menuju mimpi.

Perjuanganku diteruskan di SMA Darul Falah, Cihampelas, Cililin, Kab. Bandung Barat, kebetulan aku sekolah di sana sambil menjalani pesantren dan itu atas kemauanku sendiri. Lebih mandiri dan banyak kegiatan yang bermanfaat itu adalah tujuanku. Di sana aku mengikuti ekstrakulikuler seperti OSIS, Padus, dan Pramuka.

Kelas X adalah masa taaruf bersama teman-teman yang baru karena ada yang dari berbagai pelosok, dan juga  sebagai penentu arah kita mau kemana, IPA atau IPS. Kebersamaanya pun sangat terasa, ketika kedewasaan mulai tumbuh karena sudah putih abu-abu, hehehe.

Sebenarnya aku ingin sekali mengambil program IPS sewaktu kelas XI, akan tetapi kepala sekolah dan wali kelas tidak menyetujui hal itu disebabkan aku selalu masuk peringkat tiga besar. Padahal aku tidak suka sains, aku lebih suka keterbukaan sosial. Walaupun ada matematika yang aku sangat sukai, tapi aku tak suka pelajaran sains yang lainnya. Bagiku sains itu seperti penjara, tapi sosial hanya kebebasan yang ada.

Akhirnya, dengan keterpaksaan aku masuk program IPA. Aku mulai menyesuaikan dengan pelajarannya. Sugesti sains itu tetap menghantuiku, aku terpaksa mengikuti OSIS untuk membebaskan pikiranku. Di sana aku menjadi KETUA OSIS, dan lupa akan pelajaran, malah cenderung organisasi terus-menerus. Ternyata teman-teman sekelasku tidak menyukaiku jika aku menjadi ketua OSIS, aku tak tahu kenapa.

Suasana di kelasku jadi mulai goyah, tak nyaman dan banyak orang yang menjauhiku. Belajar pun tak konsen, akhirnya prestasi pun menurun. Temanku yang ada hanya anak-anak organisasi. Di sana aku bisa meluapkan pikiran yang ada di benakku. Share pengalaman, dll. Aku serasa mempunyai keluarga yang baru. Ilmu yang aku dapat selama di OSIS sangat bermanfaat sampai sekarang ini.

Kelas XII adalah waktu aku harus jadi pelajar lagi, lupakan wanita, facebook dan OSIS. Belajar, belajar, dan belajar adalah paling utama untuk meraih hasil yang maksimal supaya aku dapat diterima di PTN. Suasana kekeluargaan mulai terasa kembali di kelas, mengetahui kita akan berpisah sebentar lagi. Dan kita mempunyai cita-cita bersama yaitu kita semua satu kelas, kelas XII IPA-1 SMA Darul Falah periode 2012/2015 insyaAllah ingin dan akan berangkat umroh pada tahun 2025. Amin.

Selain belajar di sekolah, sepulangnya aku juga mempunyai kewajiban sebagai santri Darul Falah untuk mengaji dengan target hapalan selama tiga tahun harus hapal kitab ini, kitab itu, dsb. Asal kalian tahu, aku hanya diberi kesempatan oleh orang tuaku untuk pulang dalam setahun tidak lebih dari tiga kali. Sedih kan? tapi tak apa-apa, itu juga supaya aku bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama.

Sekarang aku sudah kelas XII dan aku dijadikan sebagai ketua kobong dengan mengurus anak kelas tujuh sebanyak 50 orang. Huh! riweuh, pusing satu kamar dengan anak-anak. Aku juga harus mengajarkan mereka pelajaran agama setiap harinya. Itu membuatku tidak rugi akan waktu yang terbuang karena itu semua nanti akan dibalas oleh Allah dengan ganjaran yang berlipat ganda. Amin..

Tak akan pernah lupa dengan mimpiku. Mimpiku yang selalu dibawa sampai mati, tak ingin seperti orang lain yang haus akan kesuksesan dunia. Mungkin mimpiku sudah tak asing lagi dan diinginkan oleh semua orang tetapi banyak orang melupakan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Mimpiku hanya ingin masuk syurga.

KKN 136 UMM Adakan Penyuluhan Pemanfaatan Serbuk Kayu

Itu adalah mimpi dan cita-cita yang abadi. Tak peduli sejauh apa orang itu belajar, setinggi-tingginya gelar yang mereka peroleh, tidak akan bermanfaat jika tidak diamalkan, lebih baik punya ilmu sedikit lalu amalkan.

Aku akan mulai dengan menjadi guru, karena tidak akan ada orang suskses kalau tidak ada guru dan setelah itu aku akan buat sekolah sendiri. Jadilah Kepala sekolah, kepala semua guru dan menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya dan memunculkan orang-orang sukses, orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Terima kasih kepada Allah, orang tuaku, saudaraku, guru, dan teman-temanku yang telah merawat, menemani, membimbing dan membinaku sampai sekarang ini. Thanks to @VIVAcoid @CeritaAnda_ @jungleland_Indo yang telah meyediakan sarana membuat tulisan untuk mengenang kehidupanku ini. Sekian kisahku ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembacanya dan bisa menjadi inspirasi bagi semua orang. (Cerita ini dikirim oleh Mohamad Irfan Khoerulloh, Bandung)

Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016