Dampak Besar Kenaikan PPN pada Industri Otomotif Indonesia

Booth Toyota di GIIAS 2023.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arianti Widya

Karawang, VIVA – Belakangan ini, Pemerintah berencana untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 mendatang. Kenaikan ini berkemungkinan bakal mempengaruhi industri otomotif.

Toyota Corolla Cross Makin Kece Pakai Warna Merah Khas Mazda

Terkait hal ini, Bob Azam selaku Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menghimbau agar Pemerintah mempertimbangkan kembali rencana tersebut.

Bob menyampaikan bahwa kondisi pasar nasional saat ini masih belum baik. Hal terebut ditandai dengan daya beli masyarakat yang masih lemah dan menurunnya tingkat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia.

Tantangan Berat Toyota di Pasar China dan Jepang

VIVA Otomotif: Booth Toyota di pameran IIMS 2023

Photo :
  • Dok: TAM

"Harapannya (bakal) ada stimulus supaya bisa mengembalikan permintaan dan confidence (kepercayaan diri) pasar," ujarnya dikutip VIVA di Karawang, beberapa waktu lalu.

All-New Hilux Rangga: New Hero Berikan New Solution yang Lengkap dan Menguntungkan Pelanggan

Bahkan, ia menuturkan bahwa angka PMI di Agustus 2024 juga menurun.

"Sudah di bawah 50, tandanya kita sudah masuk zona konstraksi," lanjutnya.

Maka dari itu, ia meminta agar Pemerintah seharusnya mendorong kebijakan yang bisa memperbaiki kondisi pasar saat ini.

"Oleh karena itu optimisme pasar harus dipelihara. Kebijakan yang sifatnya mendorong seperti relaksasi (bukannya menaikkan PPN) perlu diprioritaskan," jelasnya.

Menurutnya, kenaikan PPN ini belum tentu menjamin bisa menaikkan pendapatan perekonomian.

"Kita tidak bisa jamin, ketika tax rate (tarif pajak) naik, revenue (pendapatan) juga akan naik. Kalau ekonominya shringking (menyusut), itu bisa lebih bahaya lagi," kata Bob.

Lebih lanjut, ia kembali menekankan agar aturan kenaikan PPN 12 persen perlu dipertimbangkan kembali.

"Perlu dipertimbangkan lagi, mengingat dalam beberapa tahun terakhir kita mengalami deflasi yang disebabkan dari supply ataupun daya beli melemah," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya