- Dok: Tesla
VIVA.co.id - Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi, membuat banyak produsen otomotif harus memutar otak, agar produk mereka tetap dapat diminati oleh konsumen.
Salah satu yang saat ini dilakukan adalah dengan merancang mobil yang digerakkan oleh tenaga listrik. Sebab, penggeraknya memakai motor listrik, maka mobil ini relatif tidak menghasilkan gas buang yang berbahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Namun, menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, mobil listrik berpotensi lebih besar dalam menyumbang naiknya angka kecelakaan. Dilansir dari Dailymail, Selasa 14 April 2015, penyebabnya ada pada suara yang dihasilkan mesin.
Berbeda dengan mesin konvensional, motor listrik hampir tidak menimbulkan suara saat sedang beroperasi. Meski dianggap bisa memberikan kenyamanan kepada penumpang mobil, tetapi hal ini justru berbahaya bagi para pejalan kaki.
Tidak adanya suara bising yang berasal dari mesin mobil, membuat pejalan kaki harus ekstra hati-hati saat ingin menyeberang. Mereka harus mengandalkan indera mata untuk mengetahui, apakah ada kendaraan ketika hendak menyeberang jalan.
Hal yang sama juga dirasakan oleh para penyandang cacat, khususnya yang mengandalkan anjing penuntun untuk bisa berjalan dengan aman. Menurut hasil survei yang dilakukan dari 2012 hingga 2013, angka kecelakaan yang diakibatkan oleh mobil yang memiliki suara mesin halus naik 54 persen.
Itu sebabnya mulai 2021, seluruh kendaraan bermesin listrik yang beredar di Eropa wajib dibekali dengan sistem pengeras suara. Sistem ini dipasang untuk bisa menghasilkan suara khusus yang dapat diidentifikasi oleh para penyeberang jalan dan anjing penuntun. (asp)
