Kenapa Bahan Bakar Bertimbal Tak Dianjurkan Dipakai?

SPBU Pertamina
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
Konsumsi Pertalite di Jatim, Bali dan Nusa Tenggara Naik 55%
- Beberapa hari belakangan ini, masyarakat Indonesia tengah sibuk berdiskusi mengenai rencana PT Pertamina (Persero) untuk menghadirkan bahan bakar minyak jenis baru, yaitu Pertalite.

Ini Pemicu Penjualan Pertalite Tembus 4.000 KL per Hari

BBM ini dikabarkan akan memiliki kualitas lebih baik ketimbang BBM jenis Premium yang selama ini dikonsumsi. Selain memiliki nilai Research Octane Number (RON) yang lebih besar, yakni 90, Pertalite juga dikabarkan tidak mengandung timbal.

Sebenarnya apa itu timbal dan mengapa dicampur pada bahan bakar?

Hampir 10 Persen Konsumen Kalimantan Beralih ke Pertalite

Seperti yang dilansir dari Wired, Rabu 22 April 2015, timbal yang digunakan pada BBM memiliki nama ilmiah Tetraethyllead, atau biasa disingkat menjadi TEL. Senyawa kimia ini mengandung timah, dan dicampurkan pada bahan bakar agar tidak mudah meledak saat terkena tekanan tinggi.

Jadi pada dasarnya, TEL ini berfungsi sebagai cairan penambah oktan. Penggunaan TEL pertama kali marak pada 1920. Kala itu ilmuwan belum berhasil membuat bahan bakar jenis bensin yang mampu digunakan pada kendaraan dengan stabil, tanpa mengalami detonasi atau ngelitik.

Penggunaan TEL sedikit demi sedikit mulai dikurangi sejak 1970, karena senyawa ini dapat merusak sistem pembuangan dan katup mesin. Selain itu, gas buang yang dihasilkan juga berbahaya bagi manusia, karena kandungan timahnya dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan keracunan logam.

Kini, TEL hanya diproduksi oleh satu perusahaan saja, yaitu Innospec, dan dicampurkan pada bahan bakar yang dijual di beberapa negara berkembang. Di negara-negara maju, BBM yang mengandung timbal sudah dilarang diperjualbelikan sejak 15 tahun yang lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya