- VIVA.co.id/Hadi Suprapto
VIVA.co.id - Tingginya minat konsumen Tanah Air akan kendaraan bermotor, membuat sejumlah perusahaan mobil maupun motor dunia rela menggelontorkan investasi ratusan juta dolar, untuk membangun pabrik di Indonesia.
Namun nyatanya, tidak semua pabrikan berujung sukses. Salah satunya General Motors, yang menutup pabrik pembuatan low MPV (Multi Purpose Vehicle), Chevrolet Spin, pada akhir Juli 2015 lalu.
Padahal, keberadaan pabrik Chevrolet Spin, yang terletak di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, tergolong masih prematur. Bagaimana tidak, pabrik tersebut baru berusia dua tahun, sejak diresmikan beroperasi pada Maret 2013 silam.
Meski demikian, General Motors rupanya belum pantang menyerah. Perusahaan asal Amerika Serikat itu langsung menggandeng perusahaan otomotif asal Tiongkok, SAIC General Motors Wuling (SFMW), untuk membangun pabrik di Indonesia, tepatnya di kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, dengan nilai invetasi US$700 juta.
Namun, apakah kehadiran dan pendirian pabrik baru di Indonesia ini juga mendapat campur tangan dari pemerintah RI?
Menurut Direktur Jenderal Industru Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian RI, I Gusti Putu Suryawirawan, agar produsen otomotif asing bisa berinvestasi di Indonesia, mereka harus memenuhi beberapa kewajiban.
Kewajiban yang dipatuhi salah satunya menyangkut proses produksi, yang harus dilakukan di Indonesia, seperti pengelasan, pengecatan dan pembuatan komponen utama.
“Pemerintah hanya bisa berikan insentif,” ujar Putu kepada VIVA.co.id, Rabu 25 November 2015.
Sementara untuk penentuan jenis model, kata Putu, pemerintah tak bisa campur tangan, karena itu bagian dari politik dagang masing-masing perusahaan.
“Kalau dia mau ngeluarin apa, saya tidak tahu, karena produknya kita tidak bisa atur, itu pasar yang menjawab,” katanya.
Sementara menurut Menteri Perindustrian, Saleh Husin, jika pabrikan otomotif membuat mobil dengan desain global, tentu diharapkan, produk tersebut tidak hanya dipasarkan di Indonesia, melainkan juga dapat diekspor ke sejumlah negara.
"Pengembangan produksi berorientasi ekspor sangat penting, selain bisa sangat cepat dalam pengembalian investasi yang telah ditanamkan, juga dapat mengurangi defisit perdagangan, yang hingga saat ini masih cukup memberatkan dan membebani perekonomian nasional," ujar Saleh.