"Ada Dua Merek Mobil China Lagi Mau Masuk Indonesia"

Foday Landfort, mobil buatan China yang mirip Esemka Garuda.
Sumber :
  • Chinamobil

VIVA – Indonesia sepertinya jadi pasar yang menggiurkan bagi sejumlah produsen otomotif. Tak cuma jenama asal Jepang, bahkan kini merek-merek asal China mulai 'berbondong-bondong' merangsek masuk.

Terpopuler: 10 Mobil Listrik Terlaris, Kendaraan Ini Bikin Indonesia Jadi Sorotan

Usai Wuling dan DFSK, kabarnya akan ada dua merek China lagi yang siap masuk. Keduanya adalah BYD dan Foday. Hal itu disampaikan Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus.

Dari informasi yang diperolehnya kedua merek tersebut tak lama lagi akan berinvestasi dan membangun pabriknya di Indonesia. “Foday dan BYD konon sedang mempersiapkan diri. Saya dapat kabar dari teman sedang ada pembangunan pabrik mobil China dekat Solo. Dan yang bersangkutan sudah ke sana bulan lalu,” ujar Yannes kepada VIVA.

Ini yang Bikin Wuling BinguoEV Jadi Sorotan di Indonesia

Jika memang benar, kemunculan dua jenama asal China itu tentu patut diperhitungkan. Sebab dengan hadirnya Wuling dan DFSK saja sudah cukup memanaskan persaingan di Tanah Air. Apalagi dua merek itu juga punya reputasi besar di negeri Tirai Bambu.

Sekadar diketahui, Wuling dan DFSK merupakan merek besar di China yang sebagian sahamnya dimilik oleh BUMN Tiongkok. Sementara Guangdong Foday Automobile dan BYD Auto sebagian besar sahamnya milik swasta.

Terpopuler: Bengkel Hino Terima Uji KIR, Canter Bus Jadi Andalan Mitsubishi Fuso

BYD baru-baru ini membuat heboh dunia dengan melahirkan mobil listrik bernama E6. Lalu Foday, belakangan melakukan mitra kerja sama dengan Esemka.

“Diam-diam itu umum dipakai untuk memberikan efek kejut, efek surprise (membangun pabrik di Solo). SAIC Wuling yang paling kuat, Dongfeng - DFSK berada di bawah Wuling. Baik Foday mau pun BYD walaupun swasta, tetap ada kepemilikan saham pemerintah,” katanya.

Patut Diperhitungkan

Kendati penjualan mobil China di Indonesia belum mampu menandingi merek-merek Jepang, namun fakta menunjukkan jika keduanya memiliki tren penjualan yang positif. Padahal baru 10 bulan mereka melakukan debut perdananya di Nusantara.

Tak heran jika kemudian merek-merek Jepang mulai merasa risih dengan keberadaan jenama asal China.

Menurut Yannes, merek-merek otomotif asal China terlihat sangat serius untuk menggarap pasar otomotif Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan investasi besar yang ditanam dua merek tersebut, Rp9,34 triliun untuk Wuling dan Rp2 triliun untuk DFSK plus garansi hingga tujuh tahun untuk merek Sokon.

"Merek-merek besar China mulai semakin banyak masuk. Jika awalnya lewat Cherry di bawah Indomobil Grup tidak sukses, lalu Geely dengan dana investasi sekitar Rp4 triliun tidak sukses. Namun mereka sudah berhasil menanamkan image mobil China yang murah," kata Yannes.

"Dengan masuknya Wuling Motors dengan Dongfeng Sokon (DFSK), plus garansi hingga tujuh tahun (untuk merek Sokon) semakin menunjukkan seriusnya mereka dalam menjajaki pasar otomotif Indonesia," kata dia lagi.

Kata Yannes, pada umumnya masyarakat sebelumnya tidak dimungkinkan mendapat fitur-fitur mewah dengan uang terbatas. Tetapi China justru berhasil memenuhi apa yang diharapkan oleh banyak konsumen di segmen bawah dan menengah.

"Lalu jangan lupa juga, bahwa sebenarnya teknologi General Motors Amerika lah (dengan jumlah saham 34 persen) yang ada di balik mobil Wuling," kata Yannes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya