Penjualan Truk dan Bus Juga 'Ambyar' karena Virus Corona

Truk Hino tipe 700 Profia.
Sumber :
  • Hino

VIVA – Selain mobil penumpang, penjualan bus dan truk juga merasakan dampak penyebaran COVID-19 di berbagai wilayah Tanah Air. Berkurangnya aktivitas, membuat pengusah berpikir ulang untuk melakukan peremajaan kendaraan yang biasa dipakai sebagai moda transportasi.

Pemerintah DKI Jakarta Siapkan 150 Bus Cadangan Antisipasi Mudik Gratis Terlambat

Jika menelisik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada April 2020 merek Hino diketahui membukukan penjualan ritel sebesar 481 unit. Sementara untuk pengiriman kendaraan niaga baru dari pabrik ke dilernya, tercatat hanya 339 unit saja.

Pencapaian penjualan tersebut, diketahui turun jika dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2020, wholesales merek kendaraan niaga asal Jepang itu mencapai 1.168 unit, dan retailsales di periode yang sama mencapai 1.245 unit.

14 Killed Over a Bus Crashes Into Wall in Northern China

Chief Operating Officer (COO) PT Hino Motors Sales Indonesia, Santiko Wardoyo mengatakan, selama pandemi COVID-19 sektor kendaraan niaga jenis bus terutama untuk pariwisata, bisa dikatakan paling terdampak oleh kondisi yang terjadi saat ini.

Baca juga: Merek Mobil Terlaris di Indonesia Selama Pandemi COVID-19

Kemenhub Imbau Bus Tak Lagi Pasang Klakson Telolet, Pelanggar akan Kena Sanksi Denda Rp500 Ribu

"Bus itu kenanya berat sekali. Sektor yang masih ada harapan itu truk di  cargo, pertambangan dan perkebunan, untuk melakukan peremajaan unitnya," ujarnya dalam konfrensi video virtual bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Rabu 20 Mei 2020.

Menurut Santiko, penjualan kendaraan komersial berbeda dengan segmen mobil penumpang. Pembeli bus maupun truk sangat melihat kondisi ekonomi dan pasarnya. Jika kebutuh unit bus dan truk terasa kurang, maka pengusaha atau perusahaan pasti menunda pembelian.

Tak cukup sampai disitu, pembelian unit kendaraan niaga sangat membutuhkan peranan lembaga pembiyaan. Saat ini, 95 persen konsumen menggunakan cara pembayaran mengangsur, dan hanya 5 persen saja yang cukup percaya diri membeli secara tunai.

"Hanya perusahaan besar yang beli tunai, jumlahnya paling 1 sampai 2 unit saja. Dengan adanya pengetatan dari leasing saat ini, sangat terasa dampaknya bagi kami. Untuk truk, rasanya sayang kalau beli tunai karena konsumen bisa dapat uang keluar dan masuk lagi," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya