- ANTARA PHOTO/M Agung Rajasa/ss/aww.
VIVA Otomotif – Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite, pada awal bulan ini. Selisihnya mencapai kurang lebih 30 persen.
Dengan banderol BBM yang semakin mahal, banyak pihak melihat bahwa hal itu akan berdampak pada menurunnya angka penjualan kendaraan bermotor.
Namun, anggapan itu dipatahkan oleh Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Kukuh Kumara. Menurutnya, penyesuaian banderol bensin dan diesel tidak berpengaruh besar pada minat konsumen untuk membeli kendaraan.
“Salah satu contohnya yakni di 2013, pemerintah menaikkan harga BBM. Angka penjualan kendaraan bermotor di tahun itu, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya saat hadir dalam acara diskusi online, dikutip VIVA Kamis 15 September 2022.
Pengunjung GIIAS 2021
- Seven Event
Itu sebabnya, Kukuh mengaku bahwa pihaknya tetap optimis bahwa penjualan mobil dan kendaraan beroda empat atau lebih pada tahun ini bisa mendekati angka 900 ribu unit.
“Pada 2003 sampai 2005 harga BBM juga naik, tapi saat itu kondisinya menarik karena penjualan mobil juga naik,” tuturnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya minat akan pembelian kendaraan, kata Kukuh yakni ketika dunia dilanda pandemi pada 2020 di mana dampaknya yakni penjualan turun hingga hampir 50 persen.
Sebagai informasi, penjualan mobil pada Agustus lalu tercatat mengalami kenaikan, apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Data Gaikindo menunjukkan, pada bulan ke-8 tahun ini pengiriman kendaraan bermotor roda empat atau lebih dari diler ke konsumen diketahui sebanyak 91.164 unit.
Angka tersebut lebih tinggi 13,2 persen, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 80.529 unit. Pencapaian di Agustus tahun ini juga lebih tinggi 20,2 persen, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
