Suzuki Buka-bukaan Soal Ancaman Rupiah Melemah

Produksi mobil offroad mungil Suzuki Jimny di pabrik Kosai Plant di Jepang
Sumber :
  • Viva.co.id/ Pius Mali

Jakarta, VIVA – PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) menanggapi kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menunjukkan pelemahan dalam beberapa hari terakhir.

Penjualan Diler Suzuki Meroket, Ini Mobil yang Paling Diburu Orang

Donny Saputra, Deputy Managing Director PT SIS menyampaikan bahwa dampak pelemahan rupiah belum terasa secara signifikan dalam jangka pendek dan untuk sejauh ini.

Namun ia menegaskan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama, potensi dampaknya terhadap biaya produksi bisa menjadi nyata.

Kemenperin Ingin Suzuki Bikin Mobil Nasional, Gimana Caranya?

"Melemahnya nilai Rupiah saat ini tidak secara langsung memberikan pengaruh kepada bisnis Suzuki dalam jangka pendek. Akan tetapi apabila kondisi ini terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan, bisa saja ada dampak yang mungkin terjadi," ujarnya saat dihubungi VIVA.

Logo Suzuki

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa
Rupiah Menguat Didorong Data PMI Sektor Jasa AS yang Kontraksi Akibat Tarif Trump

Menurutnya, meski model-model seperti XL7, Ertiga, dan Carry diproduksi secara lokal, sebagian bahan baku atau komponen masih harus diimpor dari luar negeri.

Dengan depresiasi rupiah, biaya impor tersebut akan mengalami kenaikan sehingga berimbas pada ongkos produksi secara keseluruhan.

"Contohnya seperti model yang diproduksi secara domestik, beberapa raw material-nya tidak bisa diperoleh di dalam negeri sehingga memerlukan impor. Tidak menutup kemungkinan biaya impor komponen atau material pada periode berikutnya naik, sehingga menyebabkan kenaikan biaya produksi," kata Donny.

Sebagai langkah antisipasi, Suzuki terus mendorong peningkatan rasio komponen lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.

Hal ini dinilai penting demi menjaga keberlangsungan industri, stabilitas tenaga kerja, serta mempertahankan harga jual yang kompetitif di pasar domestik.

"Kami perlu menjaga eksistensi industri dan juga karyawannya guna keberlangsungan usaha. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian, seperti yang terus diusahakan Suzuki yaitu meningkatkan rasio lokalisasi agar ketergantungan terhadap impor bahan baku semakin dikurangi," jelas Donny.

Ia menambahkan, "Kami juga tetap memprioritaskan hal utama seperti menjaga kualitas produk dan kepuasan pelanggan."

Meskipun pelemahan rupiah membawa potensi tantangan, Suzuki juga melihat peluang positif dari sisi ekspor.

Donny menyebutkan bahwa dengan nilai tukar yang melemah, pendapatan dari hasil ekspor kendaraan akan lebih besar saat dikonversikan ke rupiah.

"Sebaliknya, kami juga bisa mendapatkan benefit dari kondisi ini. Sebagai pelaku bisnis ekspor kendaraan, pelemahan rupiah sebenarnya menguntungkan karena pendapatan dari ekspor akan terkonversi lebih besar," pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, berdasarkan data Bloomberg per Jumat, 25 April 2025, rupiah ditutup melemah tipis 0,01% ke level Rp16.872,5 per dolar AS.

Pelemahan ini melanjutkan tren negatif sejak awal pekan, di mana pada Selasa lalu rupiah dibuka turun 57 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp16.864 per dolar AS.

Meski indeks dolar AS sempat turun ke posisi 99,4, sejumlah mata uang Asia justru menguat, di antaranya yen Jepang, dolar Singapura, dan ringgit Malaysia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya