Mobil Hybrid Mulai Rebut Hati Konsumen AS, EV Tersingkir Perlahan
- freepik.com/frimufilms
Washington D.C, VIVA – Tren mobil listrik murni (EV) di Amerika Serikat mulai menunjukkan perlambatan.
Meski sebelumnya penjualan EV sempat meningkat, kini semakin banyak konsumen yang justru beralih ke mobil hybrid sebagai pilihan utama mereka.
Survei terbaru dari AAA menunjukkan bahwa hanya 16% responden yang menyatakan akan “kemungkinan besar” memilih EV sebagai mobil berikutnya.
Angka tersebut turun tajam dari 25% pada survei yang sama dua tahun lalu, dan menjadi yang terendah sejak tahun 2019.
Penurunan minat terhadap EV ini diyakini disebabkan oleh beberapa faktor. Harga beli yang masih tinggi, keterbatasan infrastruktur pengisian daya, serta kekhawatiran soal jarak tempuh dan biaya penggantian baterai menjadi alasan utama.
Bahkan, 63% persen responden menyatakan tidak mempertimbangkan EV sama sekali, naik dari 51% pada 2019.
Kekhawatiran terbesar berasal dari mahalnya biaya penggantian baterai (62%), diikuti oleh harga beli (59%), dan kurangnya stasiun pengisian umum yang nyaman (56%). Sementara 55% lainnya takut kehabisan daya saat berkendara.
Ilustrasi mobil hybrid Toyota
- Carsales
Menariknya, hanya 12% responden yang menolak EV karena khawatir dengan penghapusan insentif pajak dari pemerintah federal.
Ini menunjukkan bahwa insentif saja tidak cukup untuk meyakinkan konsumen jika hambatan praktis seperti harga dan pengisian daya belum teratasi, dilansir VIVA dari laman Insideevs.
Di sisi lain, mobil hybrid justru mengalami lonjakan popularitas. Data dari U.S. Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan bahwa 22% dari seluruh kendaraan ringan yang terjual tahun ini adalah kendaraan elektrifikasi (EV dan hybrid), naik dari 18% pada kuartal pertama 2024.
Namun, peningkatan ini didorong hampir seluruhnya oleh lonjakan penjualan mobil hybrid, bukan EV murni atau plug-in hybrid.
Adapun model-model EV populer seperti Tesla Model Y, Honda Prologue, dan Chevrolet Equinox mengalami penurunan permintaan, sementara peningkatan penjualan dari model seperti Volkswagen ID.4 dan Toyota bZ4X belum cukup signifikan untuk menutup kekurangan tersebut.
Toyota sendiri telah merombak lini EV-nya dan kini dikenal dengan nama Toyota bZ, dengan peningkatan kualitas dibandingkan generasi awalnya.
Melihat tren ini, produsen otomotif mulai mengubah strategi. Toyota menargetkan 50% dari penjualannya di AS pada 2025 berasal dari kendaraan elektrifikasi, tetapi perusahaan ini justru lebih mengandalkan model hybrid seperti RAV4 Hybrid.
Permintaan yang tinggi membuat beberapa konsumen harus menunggu hingga sembilan bulan untuk mendapatkan unit.
Lebih lanjut, General Motors (GM), salah satu produsen EV terbesar di AS, juga mulai melirik kembali teknologi hybrid.
Awalnya, GM berencana beralih sepenuhnya ke EV, namun kini akan meluncurkan plug-in hybrid baru pada 2027 dan kemungkinan juga mengembangkan hybrid konvensional tanpa colokan (HEV), sesuai dengan preferensi pasar saat ini.