Melihat Ketatnya Aturan Modifikasi Mobil di Singapura

Seri ke-9 pameran dan kompetisi mobil modifikasi Indonesia Automodified (IAM)
Sumber :

VIVA – Setiap negara punya ciri khas masing-masing dalam memodifikasi mobil. Secara garis besar, untuk kawasan Asia, lebih dominan menganut gaya Japanese Domestic Market (JDM), stance, street racing atau elegant.

Berasa di Curug, Emak-emak Indonesia Gelar Tikar dan Makan Lesehan di Bandara Changi

Tapi di Singapura sangat berbeda, terlebih jika disandingkan dengan Indonesia. Sebab gaya modifikasi mobil di sana tak terlalu mencolok, imbas dari ketatnya aturan modifikasi yang dikeluarkan pemerintah di sana.

Sementara di Indonesia, modifikasi terlihat berlaku pada semua sektor, mulai dari eksterior, interior, kaki-kaki, sampai mesin pun dimodif sekreatif mungkin sesuai selera pemilik.

10 Negara Paling Bahagia di Asia, Indonesia Peringkat Berapa?

“Kami tetap modifikasi, tapi lebih ke arah performa, lebih cerdik intinya agar tidak terlalu jelas kelihatan. Jadi modifikasinya lebih ke internal yang tidak ketahuan seperti mesin dan teknologi,” ujar Jas Evaicez, car enthusiast asal Singapura kepada VIVA, di Medan, Sumatera Utara, Minggu 22 Juli 2018.

Pria yang juga menjadi juri di kontes modifikasi Indonesia Automodified (IAM) ini mengatakan, industri kustom di Singapura juga tak hidup. Karena hanya komponen aftermarket yang mempunyai lisensi yang dianggap layak untuk digunakan dan rata-rata pemasangannya bolt on atau plug and play.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

“Kustom tidak bisa di Singapura, jadi lebih memakai komponen aftermarket yang sifatnya bolt on. Jadi mobil-mobil stance begitu ada sebenarnya, tapi karena ada pembatasan dan pengawasan yang ketat peminatnya tidak terlalu banyak,” tuturnya.

Sebagai contoh mengganti knalpot. Dendanya bisa sampai Rp5,27 juta. “Jika ditangkap sampai tiga kali dibawa ke pengadilan. Mau ganti header atau bagian exhaust manapun didenda, selama punya mobil bukan digunakan harian saja dianggap ilegal,” ujarnya.

Namun jika knalpot aftermarket yang digunakan sudah mengantongi sertifikat dari otoritas angkutan darat Singapura, tak masalah.

Meski demikian bukan berarti brand besar bisa lolos, karena harus melalui tahapan tes ketat terlebih dahulu. Berbeda dengan Indonesia yang bebas menjual komponen aftermarket dari luar.

Maka itu, dari beragam gaya modifikasi yang sering terlihat di negara lain jarang ditemui di Singapura. Karena anak-anak muda di negaranya memodifikasi mobil lebih banyak ke performa, di mana tampilan tidak terlalu menonjol, padahal sudah banyak yang diubah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya