PKS: Genderuwo Itu Banyak Janji Tapi Tidak Melaksanakan

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid
Sumber :
  • VIVA/Lilis Khalisotussurur

VIVA - Wakil Ketua Majelis Syuro DPP Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, mempertanyakan kepantasan diksi genderuwo dan sontoloyo digunakan seorang presiden. Meski begitu, ia pun memahami Jokowi bermaksud untuk mengingatkan.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

"Sontoloyo, genderuwo itulah ungkapan-ungkapan Jawa yang populer di masyarakat Jawa tapi apakah itu layak dipakai oleh seorang presiden? Ya ini memang bagian dari justru mengingatkan semuanya sebetulnya," kata Hidayat di Gedung DPR, Jakarta, Senin 12 November 2018.

Ia pun menerjemahkan makna politik genderuwo versinya. Menurutnya, genderuwo yang menakutkan adalah orang yang terlalu banyak berjanji tapi ternyata mengingkarinya.

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

"Jangan ada yang berpolitik dengan cara genderuwo. Genderuwo itu menakutkan, terlalu banyak berjanji tapi tidak melaksanakan. Itu juga menakutkan loh kan nanti orang-orang gak percaya dengan sang yang berjanji," kata  Hidayat.

Ia melanjutkan menakutkan juga bila dalam tanda kutip sebuah perilaku justru menghadirkan bukan politik yang mengayomi tapi publik yang membelah. Hal ini tentu harus dihindari.

Lembaga Survei yang Hasilnya Akurat dan Kredibel Bakal Jadi Rujukan di Pilpres 2024

"Harusnya politik kita politik yang betul-betul mengokohkan NKRI kita, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika kita, berpedomankan pada Pancasila dan kalau itu yang terjadi narasi yang dipakai mestinya narasi yang sejalan dengan itu semuanya," kata Hidayat.

Ia menilai genderuwo itu satu hal yang menakutkan dan menakutkan bisa berlaku dengan cara apapun. "Dan mari jangan berpolitik yang menakutkan," kata Hidayat.

PSMTI Diterima Presiden Jokowi di Istana

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Jelang pencoblosan Pemilu 2024, pada 14 Februari pekan depan, masyarakat diimbau agar menggunakan hak pilihnya dengan bijak. Untuk bisa memilih pemimpin yang berkualitas.

img_title
VIVA.co.id
6 Februari 2024