Buta dan Budek dari Ma'ruf Dinilai Tak Ada Kaitan dengan Alquran

Sejumlah orang difabel menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor MUI.
Sumber :
  • VIVA/ Ridho Permana.

VIVA - Meski calon wakil presiden nomor urut 02, Ma'ruf Amin, sudah mengklarifikasi soal ucapannya bahwa hanya orang buta dan budek yang tidak bisa melihat keberhasilan Joko Widodo. Namun, kaum tunanetra tetap merasa terhina.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Hari ini, sejumlah orang yang tergabung dalam Persatuan Aksi Sosial Tunanetra Indonesia (PASTI) menggelar aksi demonstrasi di depan kantor MUI. Mereka mendesak Ma'ruf meminta maaf kepada seluruh kaum disabilitas seluruh Indonesia yang dimaksudkan.

Salah seorang peserta aksi, Soni, menjelaskan buta dan budek yang dimaksud Ma'ruf terlalu jauh jika dikaitkan dengan Alquran. Dia mengatakan maksud summum, bukmun, dan umyun, itu orang yang tidak mau menerima kebenaran dan berpaling dari Allah.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

"Saya melihat klarifikasinya soal buta dan budek, terlalu jauh dikaitkan dengan summum, bukmun, umyun yang ada dalam Alquran, itu kan menunjukkan terkait dengan bagi mereka yang berpaling dari Allah. Itu yang harus digaris bawahi," kata Soni di depan Kantor MUI Jakarta Pusat, Rabu 14 November 2018.

Soni menuturkan, sementara di Indonesia sudah ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 terkait penghormatan, perlindungan dan penjaminan hak-hak kaum disabilitas.

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

"Sementara kan di Indonesia sudah punya undang-undang nomor 8 tahun 2016, penghormatan, perlindungan juga penjaminan hak-hak kaum disabilitas. Apa yang disebutkan tidak melihat lainnya disitu dijabarkan," katanya.

Menurut Soni, apa yang dilakukan hari ini hanya gerakan moral. Juga kejadian ini jadi pelajaran bukan hanya kepada Ma'ruf.

"Kami ini hanya gerakan moral, ke depan bukan hanya kepada Pak Ma'ruf Amin tapi terkait pada siapa saja berkampanye. Semangat berpolitik ada batasannya soal bahasa, tidak menyinggung rakyat," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya