Posko BPN Bakal Pindah ke Jateng, Sekjen PDIP: Rencana Sandi Blunder

Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, usai menemui calon wakil presiden Ma'ruf Amin di kediamannya di Jalan Situbondo, Jakarta, Kamis, 6 Desember 2018.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Hasto Kristiyanto memastikan, kader PDI Perjuangan makin militan turun ke bawah meyakinkan pasangan yang diusung yakni Jokowi-Ma'ruf Amin tetap solid.

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 

Kader juga diminta mempertahankan Jawa Tengah, sebagai basis suara yang selama ini lekat dengan PDIP.  

Hal itu dikemukakan Hasto, menanggapi rencana calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno memindahkan posko Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto- Sandiaga Uno ke Jawa Tengah. 

100 Kilometer Jalan di Jateng Rusak karena Banjir, Perbaikan Dikebut hingga H-7 Lebaran

"Rencana Sandi tersebut, justru menjadi blunder. Sebab, seluruh elemen pendukung Pak Jokowi-KH Maruf Amin, justru semakin solid bersatu dan meningkatkan target pilpres dari 75 persen menjadi 80 persen," kata Hasto yang juga Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf, ketika dikonfirmasi, Senin 10 Desember 2018. 

Ia menduga, tim Prabowo- Sandiaga tengah memainkan strategi jangka pendek karena menutupi ketidakompakan koalisi pendukung. "Itu semua pengalihan isu atas tidak solidnya tim kampanye mereka. Mereka terapkan ilmu Sun Tzu bahwa strategi terbaik adalah menyerang," ujar Hasto. 

Waduh, Polda Jateng Amankan 1.904 Pelaku Perzinahan Selama Ramadhan

Di luar rencana tersebut, Hasto menjelaskan, membangun loyalitas pemilih bukan terbangun dalam waktu singkat. Tidak hanya di Jawa Tengah, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu telah membangun budaya kaderisasi, sekolah partai hingga rekrutmen tokoh-tokoh untuk menegaskan komitmen sebagai organisasi yang mapan. Begitu juga Presiden Joko Widodo, kader PDIP, yang berangkat dari bawah dan berproses sejak menjadi Wali Kota.

Sementara itu, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto mengemukakan, untuk menggerus suara tak perlu sampai memindahkan posko, karena pertempuran tak perlu markas.

"Pertanyaan saya, apa urgensinya? Kalau yang dinyatakan dia menggerus suara di Jawa Tengah. Menggerus suara di Jateng, kan enggak perlu pindah markas. Kalau pertempuran riil enggak perlu pakai markas, tidak ada pengaruhnya, ajari saya pentingnya sebuah markas," kata Bambang di gedung DPR, Jakarta, Senin 10 Desember 2018.

Saat ini, menurut dia, teknologi informasi dapat dimanfaatkan. Karena itu, ia yakin, tanpa markas pun bisa memenangkan pertempuran.

"Saya sudah buktikan berkali-kali. Jadi, untuk apa masuk buat markas di Jateng, jawabannya hanya buat berita. Hanya buat berita betapa pentingnya Jateng," kata Bambang.

Ia menjelaskan, Jokowi ingin agar bisa menang di Jateng 90 persen. Lalu, Sandiaga maupun Sudirman Said juga menganggap Jateng penting.

"Bagi PDIP sebagai TKN, tetapi di sana juga PPP, Golkar, Nasdem, Hanura, dan partai yang bersama kami. Tentu, kami siapkan pertempuran penuh, seluruh laskar kami turunkan dengan barisan komunitas juang," kata Bambang.

Ia mengakui, memang terus bersikap waspada dan tak boleh lengah selama pilpres. Karena itu, pasti setiap gerakan lawan akan dibaca.

"Gerakan sana pasti kami baca, gerakan sini dia juga pasti baca. Ini kan adu strategi. Apakah Pak Jokowi bisa mencapai 80 persen. Bambang Pacul dan kawan-kawan TKD sudah merumuskan ini bisa 70 persen nih," kata Bambang.

Ia menjelaskan, pertempuran pilpres dibagi tiga titik. Di antaranya, above the land, true the land, dan below the land. Karena itu, wilayah yang akan mendapatkan perhatian khusus, di antaranya yang nahdliyin dan PDIP-nya lemah.

"Bagaimana akan mengubah pendapat warga Nahdliyin untuk berpindah, agak susah. Bagaimana mengubah pendapat warga PDIP, agak susah, begitu toh jadi kami akan berkonsentrasi kepada wilayah-wilayah yang dua komunitasnya ini lemah," kata Bambang. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya