- VIVA/Arrijal Rachman
VIVA – Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, mengambil langkah untuk memindahkan posko pusat mereka, ke Jawa Tengah.
Strategi ini dianggap sebagai langkah menyerang dari kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, ke benteng pertahanan PDIP dan Joko Widodo sebagai capres 01.
“Rencana pindahnya Posko Prabowo-Sandi ke Jawa Tengah tentu tak bisa dipandang remeh, sebab dengan pindahnya posko berarti serangan darat di daerah tersebut akan makin masif, dan potensi membobol lumbung suara Jokowi,” ujar analis politik Indostrategi, Arif Nurul Imam, dalam siaran persnya, Kamis 13 Desember 2018.
Pada Pilpres 2014, selisih suara antara Prabowo dengan Jokowi, dinilai tidak terlalu signifikan, sekitar enam juta lebih. Maka ia melihat, upaya tim Prabowo-Sandi ke basis massa PDIP dan Jokowi, sebagai upaya untuk merebut suara.
Arief yakin, dengan cara ini nantinya akan berdampak pada elektoral Prabowo-Sandi di basis wilayah lawan.
“Salah satu cara menggenjot elektabilitas memang di antaranya harus sering bertatap muka dengan masyarakat, sehingga pindahnya posko ini juga potensi berdampak terhadap perolehan suara,” katanya.
Berkaca pada Pilkada Jawa Tengah 2017 lalu, selisih suara Ganjar Pranowo yang didukung PDIP dengan Sudirman Said yang diusung Gerindra, tidak terlalu jauh. Bahkan, lonjakan suara mantan Menteri ESDM itu dianggap jauh dari prediksi.
Arief menilai, jika melihat hasil pilkada itu, ia sedikit yakin suara Prabowo akan bertambah di basis Jawa Tengah.
“Timses Jokowi saya kira tak bisa meremehkan terobosan politik ini. Jangan merasa Jateng sudah basis sehingga tidak memberikan respons terhadap strategi Prabowo tersebut,” kata dia.
