Pemilu 2019, Parpol Harus Jadi Contoh Perekat Persatuan

Simulasi Rekapitulasi Suara Pemilu 2019
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Masa tahapan kampanye Pemilu 2019 sudah berjalan dua bulan lebih. Banyak isu dinamika yang menjadi sorotan selama bergulirnya kampanye terutama untuk pemilu legislatif.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan parpol harus menjadi perekat persatuan bangsa. Elite parpol harus bisa menjadi contoh pengayom yang bisa menyejukkan di tahun politik.

"Parpol harus menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Setop kampanye hitam dan saling menyalahkan serta menjatuhkan," kata Ujang dalam keterangannya kepada VIVA, Selasa, 18 Desember 2018.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Ujang menekankan pentingnya merekan persatuan karena Pemilu 2019 berbeda. Hal ini karena rangkaian pileg dan pilpres yang digelar serentak. Perbedaan pilihan agar jangan sampai menjadi perpecahan yang berujung pertikaian.

"Apapun pilihan kita dalam pemilu agar jangan membuat kita saling menyalahkan satu sama lain. Penting ini karena perpecahan tak terjadi," ujar Ujang.

Cerita Prabowo Subianto Bisa Bersatu Dengan Muzakir Manaf, Tokoh GAM yang Dulu Dia Cari

Kemudian, ia pun mencontohkan PDIP yang saat ini statusnya sebagai partai penguasa yang menjaga kebersamaan. Dengan tagline 'Indonesia Hebat' yang diusung PDIP, partai berlambang banteng moncong putih ini berupaya dengan beberapa sikap politiknya. Salah satunya menggaungkan kirab kebudayaan.

"Kirab kebangsaan merupakan salah satu ikhtiar PDIP itu. Prinsip slogan wong cilik mewujudkan sikap partai dengan jiwa kebangsaan dan nasionalisme," jelas Ujang.

Lalu, ia pun berharap sebagai partai besar, PDIP tetap menyuarakan kebersamaan, persatuan, dan keadilan. "Semangat kebangsaan harus tetap dijaga meski ada perbedaan dan pertentangan yang kuat," sebutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya