- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Pada debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 pertama Januari lalu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo tampil menyerang.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto menjelaskan, untuk materi debat sudah disiapkan jauh hari. Namun untuk teknis malam nanti, telah dipersiapkan beberapa hari lalu.
Gaya debat capres petahana itu, kata Hasto, akan menampilkan karakter kepemimpinan. Bisa melakukan serangan, bisa juga tidak. "Jadi nanti debatnya ya akan melihat situasional yang berkembang. Kalau adem ayem ya ngapain harus ofensif. Tapi apapun temanya yang penting dalam debat itu akan tercermin dasar dari seorang pemimpin itu," kata Hasto, di Posko Cemara, Jakarta, Minggu, 17 Februari 2019.
Hasto yang juga Sekjen PDI Perjuangan itu mengatakan, untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, Jokowi ofensif yakni ketegasan dalam bersikap.
Ia mencontohkan, saat membangun kedaulatan energi dengan akuisisi Blok Rokan, Blok Mahakam, hingga PT Freeport Indonesia. Semua itu untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. "Jadi ofensif bagi Pak Jokowi tidak hanya muncul saat debat," katanya.
Contoh lainnya, saat beberapa negara ingin memindahkan kedutaan mereka di Israel. Dari Tel Aviv ke Jerusalem. Indonesia di bawah Presiden Jokowi, memprotesnya. Termasuk ke Australia, yang saat itu membangun wacana tersebut.
Dalam hal kedaulatan pangan. Hasto mengatakan, pemikiran dan visi Jokowi sangat jauh dalam mewujudkan cita-cita itu. Menurut dia, itu juga tindakan ofensif agar ke depannya tidak lagi tergantung kepada asing.
"Ketika menunjukkan bagaimana tergantung pada impor Pak Jokowi menunjukkan ofensifnya dengan membangun begitu banyak bendungan, saluran air, pasar-pasar. Itu adalah daya ofensif Pak Jokowi," ujarnya.